Hai... Puan.
Berapa hati yang telah retak oleh ulah dan sikapmu? Adakah kau tahu, jumlah itu sebanding dengan dosa yang kau perbuat karena membuat oranglain sakit? 
Entahlah, Tuhan.
Saya tak pernah berani mematahkan hati seseorang, apalagi mereka. Barangkali rasa percaya diri yang tinggi membuat mereka berangsur patah dengan sendiri.
Mengapa setiap peristiwa baru, membuat saya bisa mematahkan hati beberapa orang lelaki?
Ah, Tuhan. Bahkan mukapun tampak biasabiasa saja, perilaku apalagi. Apakah ucapan saya yang lugu, atau justru terlalu mengandung ilmu? Saya terlahir dari sepasang manusia yang luar biasa, semua orang pun begitu saya kira. Jadi apa hebatnya? Toh semuanya sama saja.
Tapi beruntungnya, peristiwaperistiwa itu menambah imaji baru dalam kepala saya. Bermula ketika menjadi mahasiswa baru, berkecimpung di UKM, melakoni drama, jambore bahasa sastra, tour sastra, lego ergo scio, kkn, sampai pada ppl. Di luar kampus bahkan terjadi interaksi seperti itu -tak sengaja mematahkan hati lagi- ketika berkegiatan dengan komunitas lain.
How come?
Sampai ada beberapa rekan perempuan yang mengira saya "perempuan pecicilan" hinggap dari satu hati ke lain hati tanpa mau terikat.
Itulah sebabnya.
Kedekatan yang terjalin dengan lawanjenis; anggapan bahwa kami hanya berteman baik atau mungkin bersahabat, dipatahkan oleh sesama jenis.
Pada akhirnya keresahan itu larung dan berlabuh di satu nama.. -yang saat ini resmi memboyong hidupku.
Mengingat beberapa peristiwa dan mengawetkannya dalam bentuk katakata, hanya itu yang bisa dilakukan untuk membuatnya abadi.
Terlalu baku dan kaku menceritakan hal semacam ini. Lain kali saya akan menceritakan hal yang lebih berbobot lagi. Mungkin tentang pernikahan, proses kehamilan, proses melahirkan hingga proses merawat bayi dan berumahtangga. Ah, semuanya tumpah dalam kepala dan sulit lagi untuk dipungut kemudian dirangkai menjadi peristiwa yang berharga.
Atau mungkin saya akan bercerita tentang jabatan sebagai ibu negara (maksudnya, istri dari seorang ketua / seseorang yang pernah menjabati sebuah organisasi dan komunitas. Atau mungkin sebagai bendahara yang merupakan anggota perempuan satusatunya yang tersisa dari satu angkatan di organisasi dan komunitas tersebut?) Ya, banyak yang ingin diluapkan. Tapi saya tidak punya banyak waktu 'berkualitas' untuk menuliskannya. Ini pun hanya sebatas ocehan tak berbobot dan tak mengandung banyak wawasan. Hanya catatan kedua setelah memori otak saya yang mulai kadaluarsa kelak.
Baiklah, berapa banyak hati yang telah saya patahkan? Waaah, sombong sekali perempuan ini! (anggapan tersebut pasti ada). Ya, saya sudah meminta maaf pada beberapa orang, tapi mungkin masih ada yang belum terjamah oleh ingatan.
"Hati itu memilih, bukan dipilih. Jatuh cintalah pelanpelan, jangan sekaligus. Berat nanti.." (Pak Wayan dlm Perahu Kertas).
hatihati, Hati!
Hati, hatihati! 
:')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar