Saya tak pernah
tahu, alasan apa yang melatarbelakangi perempuan itu mengirimi banyak batu
terjal ke dalam hubungan kami. Sejak masa-masa pendekatan saya dan suami,
sampai setelah menggelar resepsi pernikahan, ia mengirim lagi bencana yang
sama. Entah karena ia masih dendam terhadap kesetiaan kami berdua, atau ia
masih menyukai lelaki yang meminang saya ini. Di depan ia tampak baik-baik
saja, tapi di belakang, ia menampar saya perlahan-lahan.
Suami saya
pernah mengatakan bahwa ia sudah tak peduli dengan masa lalu kami, baik masa
laluku maupun masa lalu dirinya, sambil mengecup kening dan kedua pipiku mesra.
Ia mengingatkanku untuk mengabaikan perilaku-perilaku yang ditunjukan perempuan
itu, karena ucapan dan tulisannya hanya memperkeruh keharmonisan kami, menyulut
kemarahan kami dan saya kembali menjadi tidak dewasa ketika cemburu.
Tapi sekarang
saya paham apa yang suami saya katakan. Tiap orang memiliki masa lalu, entah
suka ataupun duka, tapi jangan pernah membangunkannya lagi, karena bisa
menghambat masa depan kita. Saya mengerti, suami saya sudah melupakan perempuan
itu sejak kami resmi berpacaran, hanya saya sajalah yang terus mengorek-ngorek
isi masa lalu mereka sehingga saya sendiri yang akan jatuh sakit atau tersulut
api karena sikap keingintahuan saya yang berlebihan.
Suami sayapun
pernah berkata, ia amat cemburu dengan masa lalu saya yang hampir mirip dengan
masa lalunya. Tapi ia tak pernah melakukan tindakan-tindakan yang bisa memicu
rasa sakitnya karena mengetahui segala bentuk kisah masa lalu saya. Itulah
sikap yang ia tunjukan, ia tak pernah ingin tahu dengan masa lalu saya, karena
ia tak ingin sakit atau bahkan membuat hubungan kami jadi tak baik. Ia
pecemburu, tapi berusaha “cuek” menanggapinya, itulah yang ia lakukan sehingga
hubungan kami tetap harmonis tanpa beban masa lalu.
Kami mengerti,
Tuhan mempersatukan kami dengan salah satu alasan untuk saling melengkapi. Kami
bahagia dengan alur yang Tuhan sajikan saat ini terhadap kami. Tinggal
bagaimana kami bisa mempertahankan keharmonisan rumah tangga ini dengan
sesekali mengacuhkan hal-hal yang berpotensi menyulut amarah kami.
Masa lalu biarlah menjadi
debu, perlahan tersapu waktu. [*]
ahahaa, perempuan macam apa itu :D
BalasHapusEntahlah sar. Nanti kalau kau sudah punya pendamping, bersiaplah merasakan hal sepele semacam ini -_- Semoga kalian berhasil melaluinya ^_^
BalasHapus