Untuk apa saya menulis dan berceloteh di dalam blog ini? 
Kenapa tidak membeli buku harian saja seperti zaman sekolah dulu? 
Rasanya kaku menulisi kehidupan sekarang dalam sebuah buku harian, padahal itu adalah kegiatan yang lebih baik ketimbang menulisinya dalam media sosial. Padahal itu adalah kegiatan yang lebih rahasia, daripada mengumbar kehidupan untuk dibaca oleh banyak orang.
Lalu apa untungnya menulis keseharian saya di dalam blog atau media sosial lainnya yang jelas-jelas akan dibaca oleh semua orang?
Ask me something... 
Saya menulis di blog ini untuk menarik benang merah antara masa depan dengan masa lalu. Saya tahu, banyak sekali  yang ingin kamu tahu tentang kehidupan kami di sini. Sekalipun berupa ocehan yang menyia-nyiakan waktu, tapi itu bisa menjadi titik acumu untuk menariknya dengan kehidupan-kehidupan yang telah lalu.
Jangan munafik, setiap tulisan yang saya tulis, adalah makananmu  untuk menyusun puzzle masa depan. Saya tak pernah yakin, apakah hal ini akan berhasil atau tidak. Saya baru akan berhenti, setelah kamu benar-benar melarungkan hidupmu pada seseorang kelak. Ketika kamu bahagia dengan orang yang benar-benar bisa menjadi pengganti kami dalam hidupmu. 
Maka biarkan saya terus berceloteh dalam blog ini, sekadar membuatmu merasa bahagia dan tersenyum picik melihat kehidupan kami yang monoton, atau mungkin membuatmu sedih dan gelisah karena mengetahui kehidupan kami yang sekarang jauh lebih baik dan menguntungkan. 
Ya, saya akan terus menulis jika sedang gelisah dan memikirkan sesuatu yang aneh. Kecuali jika kamu bosan untuk mencari tahu tentang kami, atau jika kamu sudah berniat untuk tidak melarungkan hidupmu pada seseorang di luar kami selama-lamanya. 
Bisa saja saya berhenti menulisi kehidupan kami dalam blog ini, tapi saya khawatir pada hidupmu. Seolah masa depanmu ada di tangan kami. Seolah masa depanmu juga bergantung pada tingkah laku kami saat ini. Kami peduli terhadapmu, tapi mungkin tak akan lama.
Kami khawatir kalau-kalau kami yang lebih dulu bosan menunggu reaksimu di sana, menunggu kamu memberi kabar bahagia bahwa kamu sudah menemukan orang yang tepat.
Ah, sudahlah. Keputusan ada di tanganmu, sejak dulu saya selalu ingin menanyakan hal ini padamu..
"apa kamu menunggu sampai saya mati, baru kemudian kamu bisa tenang dan rela melarungkan hidupmu pada seseorang lain di luar kami?"
tentu, itu akan kamu jawab seketika dalam tulisanmu yang lain.
Maka biarkan saya tetap menulis, agar kamu bisa merangkai masa depanmu sekarang.
Saya tahu, kamu tidak pernah ingin merasa dikasihani oleh siapapun, tapi untuk masa depanmu yang melibatkan banyak masa lalu kami, saya rasa itu perlu. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar