Sabtu, 14 Juni 2014

Edisi Nonton Teater

Akhir bulan kemarin sampai awal bulan ini, di tengah kesibukan saya menggarap ujian dan laporan PPL *tepatnya minggu-minggu lalu*, demi nama ketenangan batin, akhirnya saya memutuskan untuk ikut nonton teater secara berturut-turut. Maksudnya? Akhir mei sampai awal juni adalah hari yang penuh dengan garapan teater. Mulai dari nonton teater di jurusan, yaitu pergelaran sastra dari mahasiswa angkatan 2012 berturut-turut. Pertunjukannya diadaptasi dari puisi karya penyair terkenal, artinya bentuk transformasi puisi ke dalam drama panggung. Kemudian, dua garapan CD Teater yaitu Burried Child dan Mengandung Tuhan. Lalu parahnya lagi, garapan ujian akhir jurusan teater di STSI yang pementasannya berturut-turut juga. *ppffft*

Pertunjukan pertama yang saya dan suami tonton di STSI berjudul Pintu Tertutup. Lalu ada satu hari di mana pertunjukannya hanya sebentar sekitar 20 menit tapi mengocek dompet sebesar 25ribu rupiah perorang sebagai perayaan hari lingkungan hidup sedunia. Pertunjukan tersebut dipersembahkan oleh Teater Payung Hitam STSI Bandung. Kemudian hari berikutnya kami menonton Anna und Martha Sektor Ketiga, lalu berlanjut ke selasar sunaryo menonton pertunjukan berjudul Semangkapati (hanya yang mendapat undangan yang diperbolehkan masuk). Beruntunglah kami punya rekan baik dari STSI, sehingga undanganpun didapat di tempat. ^_^

Selain itu, sebenarnya saya juga mendapat undangan khusus dari siswa SMA Negeri 2 Bandung, tempat saya praktik mengajar. Undangan pertunjukan drama musikal yang dipersembahkan oleh ekskul Rumah Seni di sekolah tersebut. Tapi sayangnya, saya tidak bisa hadir karena cuaca tidak mendukung saya untuk berangkat.

Rasanya puas, di tengah penyusunan Laporan PPL dan revisi bab 1 sampai 3 yang super 'jelimet' dengan dosen pembimbing, saya masih sempat nonton teater yang 'bejibun' itu. Saya merasa seperti bereinkarnasi menjadi mahasiswa tingkat satu yang gemar berapresiasi (lagi). Senangnya!

Di luar, saya dan suami nonton teater yang berturut-turut. Di dalam kamar, kami juga tetap nonton. Tapi nonton film hasil memungut dari laptop rekan-rekan kami. Hahaha. Sampai seorang rekan kami berniat untuk menjual satu softfile film seharga tiga ribu rupiah, saking banyaknya film yang doi koleksi, dan banyak juga para "movie freak" di dunia ini.

Edisi nonton teater cukup sekian. Setelah hari ini, kami tetap berburu tontonan lagi di luar sana. Tentunya tontonan yang pas dengan dompet kami, tapi kebetulan semua pertunjukan yang kami tonton di atas itu adalah pertunjukan gratis, kecuali beberapa yang memang sangat berharga. Yaaa, sebenarnya dalam berkesenian kita dilarang menimbang-nimbang untung rugi uang yang kita keluarkan. Demi harga sebuah kesenian, berapapun harusnya tidak jadi masalah, 'berkesenian kok setengah-setengah' begitulah!

Edisi nonton film akan saya posting di luar wacana ini, supaya lebih terklasifikasi. Hehe.
Baiklah,
salam sastra, salam seni dan budaya,
tetaplah menjadi apresiator jika karya kita ingin juga diapresiasi orang lain.


^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar