Kamis, 24 April 2014

KRISIS LAGU ANAK



oleh Intan Pertiwi

Seiring perkembangan zaman, berkembang pula pola pikir dan tingkah laku manusia di muka bumi. Sama halnya dengan anak-anak. Dengan notabene pikiran yang polos dan serba ikut-ikutan, akhirnya anak-anaklah yang menjadi korban terbesar bagi perkembangan zaman di dunia. Bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, perilaku anak yang mulai mendewasakan diri sebelum waktunya, yang akhirnya berimbas pada hilangnya masa kanak-kanak mereka.
Berbicara ihwal masa kanak-kanak. Dulu, sebelum segerombolan lagu luar negeri beserta boyband dan girlbandnya menghiasi dunia permusikan Indonesia, lagu anak-anak semisal abang tukang baso, naik-naik ke puncak gunung, dan balonku, masih sering berkumandang di mana-mana termasuk di radio maupun televisi yang menjadi media elektronik terfavorit di negeri ini setelah telepon genggam. Berkembangnya teknologi dan fesyen di dunia menjadikan anak-anak kehilangan jati dirinya sejak kecil. Pada tahun 2000-an masa kanak-kanak di dunia sangat ditunjang oleh hiburan-hiburan seni dengan anak-anak sebagai subjeknya. Kita bisa mengingat beberapa tahun ke belakang, banyak artis cilik yang mengembangkan bakatnya di bidang tarik suara dan ekting sesuai porsi usia mereka. Nama-nama seperti Sherina, Marsyanda, Tasya, Tina Toon, Bondan, Derby, dan lain sebagainya pasti tak asing lagi bagi kita yang hidup di era itu. Kini mereka semua sudah menginjak usia dewasa dan pantaslah jika mendapat peran atau lagu sesuai porsi usia mereka saat ini.
Jika melihat tiga tahun ke belakang, ketika k-pop sedang marak-maraknya digencarkan dalam siaran televisi Indonesia, nama-nama pengganti artis-artis cilik di atas pun bermunculan. Herannya, mereka yang sekarang menjad artis cilik tidak berada pada porsi usia mereka, baik itu mengenai pemilihan lagu atau pun perannya dalam ftv-ftv. Mereka justru dituntut mengikuti zaman yang nyatanya cenderung 'ke korea-koreaan'.
Anak-anak di zaman sekarang sulit menerima lagu yang layak untuk usia mereka. Terbukti dengan adanya sinetron-sinetron di tv yang menayangkan kisah cinta anak SMP dengan backsound lagu orang dewasa, seolah menjadi hal yang dibanggakan dan digemari kebanyakan anak-anak negeri kita. Jauh menilik permasalahan tersebut, kita akan dihadapkan pada hilangnya identitas usia kanak-kanak. Jika lagu anak-anak sudah jarang ditemukan di negara kita ini atau bahkan hilang, artinya bangsa kita tengah dilanda krisis, tepatnya krisis lagu anak.
Krisis dalam KBBI merupakan keadaan yang berbahaya, menderita sakit (parah sekali), keadaan yang genting, suram dan menjadi situasi berbahaya. Jika dihadapkan pada eksistensi lagu anak saat ini, maka layak kita sebut sebagai masa krisis, di mana eksistensi lagu anak mulai tergeserkan oleh adanya lagu-lagu orang dewasa yang cenderung memiliki banyak diksi cinta kepada lawan jenis dan dinyanyikan oleh mereka yang usianya masih 'seumur jagung'. Sekaitan dengan itu, muncullah istilah “dewasa sebelum waktunya”. Istilah tersebut secara gamblang merujuk pada anak-anak yang meninggalkan porsi usianya.
Kehilangan identitas tampaknya sudah terjadi hampir di seluruh pelosok Indonesia, baik kampung maupun kota. Hampir seluruh anak-anak sudah terjajah pikiran dan gaya hidupnya oleh pengaruh budaya asing. K-pop merupakan budaya orang korea yang merambah ke Indonesia melalui boyband dan girlband di dunia permusikan. Inilah yang menjadi sumbu terjadinya krisis lagu anak di Indonesia. Lantas, siapakah yang seharusnya melestarikan eksistensi lagu anak-anak demi tercapainya masa kanak-kanak yang sesungguhnya? Siapa lagi kalau bukan kita sebagai warga Indonesia.
Salah satu cara agar lagu anak-anak tetap eksis di Indonesia adalah dengan menghadirkannya pada ajang lomba menyanyi yang mulai bermunculan di televisi untuk usia anak-anak. Dari sanalah, kita bisa mengenal dan mengingat kembali jenis lagu yang pantas dan layak untuk usia anak-anak. Dengan begitu, anak-anak akan sadar usia dan tetap melestarikan lagu anak-anak sesuai masanya. []


*tulisan ini dibuat pada tahun 2013 lalu ketika mengontrak mata kuliah penulisan opini dan editorial di kelas jurnalistik, bersamaan dengan esai yang dimuat Harian Inilah Koran berjudul "Perempuan dan Objek (Karya) Sastra". Tulisan ini sekadar memenuhi tugas akhir semester. Semoga bermanfaat dan tidak disalahgunakan! ^_^

Sabtu, 19 April 2014

Ihwal Nama

Sejak 2013 tahun lalu, tepatnya ketika ASAS tengah sibuk mempersiapkan tour sastra pertama ke Lembang, Wishu dan beberapa kawan ASAS sudah menggembor-gemborkan sebuah nama yang kelak mereka citakan untuk menjadi nama putra kami, tanpa persetujuan saya sebelumnya.
"ASAS Junior", sebuah nama untuk bayi laki-laki, mungkin.

Tapi baiklah, akhirnya saya menyukai nama yang mereka ajukan itu. Toh' tahun lalu pikiran saya masih mengambang perihal nama bayi. Lagipula alasan mereka cukup masuk akal. Wishu yang saat itu menjabat sebagai ketua ASAS dan si jabang bayi yang kelak akan menjadi anggota istimewa sebagai Junior dari ASAS, putra bagi seluruh pengurus dan anggota ASAS, pikir mereka, dan saya setuju. (-_-)

Tahun ini, dengan sebundel bacaan baru yang kami dapat, juga beberapa film dan sejarah yang kami tonton, akhirnya lahirlah beberapa nama yang siap kami lirik.

Yahlamu Syahla' (perempuan)
Yahlamu adalah nama yang Wishu ajukan, sedangkan Syahla' merupakan nama yang saya dapat dari ensiklopedi wanita muslimah, artinya "bermata biru".

Zhafran Muzhaffar (laki-laki)
Zhafran artinya orang yang menang, sedangkan Muzhaffar artinya Yang dapat memenuhi kebutuhannya. 

Nama berikutnya adalah nama yang kami dapatkan bulan-bulan ini. Tepatnya Wishu, ketika dia pulang dari sekretariat bersama (sekber) dan membawa kabar gembira bahwa dirinya menemukan dua buah nama yang layak untuk anak kami kelak.

Abighail Murphy Isfahan, dan
Hanan Khoury Malouf. (laki-laki semua)

Sejauh ini, kami berencana memberi nama Hanan Khoury Malouf pada putra sulung kami nanti. Tapi kami belum ingin memperbincangkannya lagi, karena menurut budaya orang tua kami, "pamali" untuk membicarakannya.

So..
to be continued.
Tunggu saja setelah kelak anak-anak kami lahir ^_^

kira-kira berapa anak ya? (~_~)

Perempuan, Fetus dan Parenting

Pulang dari karawang tanggal 6 april lalu, saya mendapat banyak bekal dari ibu mertua. Ibu meminjami saya sebuah buku berjudul "Miracle at Home" - Keajaiban dalam rumah Berdasarkan Kisah Nyata (cara mudah penerapan teknik parenting untuk mengubah perilaku buruk anak dalam waktu relatif singkat dan mencapai kebahagiaan dalam keluarga) karya Dr.Zulaehah Hidayati. 

Dari buku tersebut banyak yang saya dan suami dapatkan. Belum selesai membacanya sih, baru sebagian, tapi sudah banyak pelajaran yang dibagikan tentang proses mengasuh anak dan memperlakukannya di rumah.

Selain buku parenting, tahun lalu juga ibu memberi sebuah buku berjudul "Ensiklopedi Wanita Muslimah" karya Haya binti Mubarok Al-Bark. Dari buku ini saya juga banyak mendapat wawasan tentang perempuan. Terdiri dari :
- kedudukan wanita sebelum dan sesudah islam
- akidah islam (akidah islam, hasil dan manfaat dari akidah)
- fikih wanita muslimah (thaharah/bersuci; shalat; zakat; puasa; haji dan umrah; nikah)
- akhlak wanita muslimah
- ragam ihwal wanita muslimah
- ibu hamil, merawat bayi dan pola mendidik anak
- pilihan nama-nama anak (anak laki-laki dan anak perempuan)
- doa doa keseharian.

Subhanalloh, betapa mulianya menjadi perempuan. Banyak yang harus saya dan suami pelajari untuk menjadi orang tua. Alhamdulillah, kami menyicil sejak tahun lalu dengan bacaan-bacaan semacam ini, terlepas dari pengalaman yang didapat berdasarkan aktivitas langsung dengan saudara-saudara kami terutama ke empat kakak saya yang sudah berumah tangga dan memiliki anak.

Buku-buku ini sangat membantu kami menambah wawasan. Di samping itu, beruntunglah kami diberi beberapa video parenting dan perkembangan anak dari salah satu dosen di kampus yang mengajar ilmu kebahasaan, terutama proses pemerolehan bahasa anak.

Saya dan suami sesekali rajin menonton youtube tentang proses pembentukan janin, aktivitasnya di dalam perut, proses melahirkan sampai memandikan dan membedong bayi yang baru lahir, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu. Dari sekian banyak video tentang bayi di youtube, salah satu yang membuat saya takjub adalah video Keadaan Janin Ketika Al-Quran dibacakan. Menontonnya  membuat hati saya bergetar, merinding dan hampir menitikkan air mata. Entahlah terkesan lebay atau bagaimana, tapi saya senang menyaksikannya. Saya merasa sangat tentram melihat aktivitas janin dalam video tersebut ketika dibacakan al-quran, apalagi posisinya tampak seperti tengah bersujud kepada Allah swt. Ya Allah, saya hampir menangis menontonnya.

Berikut link video tersebut, semoga bermanfaat bagi kita calon orang tua terutama bagi calon ibu :

http://www.youtube.com/watch?v=SayHSDO6wF8

Ada juga beberapa kalimat bermakna yang saya dapat dari sebuah video di youtube :

Jika anak hidup dengan kritikan
ia akan belajar mengutuk
jika anak hidup dengan kekerasan
ia akan belajar melawan
jika anak hidup dengan ejekan
ia akan belajar untuk menjadi pemalu

Jika anak hidup dengan dipermalukan
ia akan belajar merasa bersalah
jika anak hidup dengan toleransi
ia akan belajar bersabar
jika anak hidup dengan dorongan
ia akan belajar percaya

Jika anak hidup dengan pujian
ia akan belajar untuk menghargai
jika anak hidup dengan tindakan yang jujur
ia akan belajar tentang keadilan
jika anak hidup dengan rasa aman
ia akan belajar mempercayai

Jika anak hidup dengan persetujuan
ia akan belajar untuk menghargai dirinya
jika anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan
ia akan belajar untuk menemukan cinta di muka bumi ini.


Sekian, semoga bermanfaat dan memberikan kebaikan bagi kita semua.
Wassalam.

Jumat, 18 April 2014

Thanks to Allah

Terima kasih Tuhan sudah mengirimkan lelaki terbaik setelah ayah dan kakak saya.
Terima kasih sudah menjadikannya pendamping hidup saya selama ini.
Terima kasih sudah menyalurkan kasih sayang-Mu melaluinya.
Terima kasih sudah menjadikannya malaikat di ruangan yang tak luas ini.
Terima kasih sudah menghadirkan kebahagiaan pada saya atas kehadirannya di sisi saya.
Terima kasih sudah menjaga saya melalui tangan dan pelukannya.
Terima kasih sudah menenteramkan hati saya melalui senyum dan canda tawanya.
Terima kasih sudah memberikan semangat hidup bagi kami melalui karya-karyanya.
Terima kasih atas lelaki terbaik ketiga dalam hidup saya.
Jadikan keluarga kami sakinah mawadah warohmah, selalu rukun dan seharmonis malam ini.

Arti Lahir 12 September dan Popular Birthdays

Iseng-iseng membuka laptop dan menelusuri orang-orang yang terlahir di tanggal yang sama dengan saya, yaitu 12 september. Sedikit ditarik kesimpulan, sosok 12 september lebih cenderung berkecimpung di dunia seni, literatur dan olahraga. Beginilah hasilnya :



Anda terlahir 12 September? Yuk, simak sifat, watak dan karakter di hari Anda serta kumpulan tokoh dan selebritis kelahiran September 12!

Watak dan kepribadian orang kelahiran 12 September – beruntung Anda memiliki fikiran cerdas, firasat tajam, mudah mempelajari dan mengerjakan sesuatu. Karir Andapun sepertinya bisa menarik perhatian umum.

Anda seorang pekerja yang sangat rajin, dan Anda tampaknya telah terpengaruh struktur konsep Virgo dan diterapkan ke setiap sudut kehidupan Anda. Tapi jangan sepenuhnya melepaskan kehidupan sosial Anda. Bila Anda sedang mengerjakan sebuah proyek, ada baiknya Anda usahakan selesaikan tiga hari lebih cepat dari jadwal. Jika tidak, kemungkinan orang lain untuk mengambil posisi Anda.

Memiliki sejumlah kelahiran 3 adalah anugrah rahasia dalam menjalin hubungan asmara yang langgeng. Dimana Anda punya harapan dan keinginan khas untuk mengendalikan alur cinta yakni kebahagiaan yang melekat dalam angka 3 dengan orang yang Anda cintai.

Selebritis dan Tokoh Kelahiran 12 September (INDONESIA):
  • Budi Putra (lahir 12 September 1972) – jurnalis teknologi dan penulis Indonesia.
  • Carissa Putri Sulaiman (lahir di Frankfurt, Jerman, 12 September 1984) – pemeran wanita Indonesia.
  • Catharina Leimena (lahir di Bandung, 12 September 1936) – guru vokal bersuara mezzo soprano terkemuka Indonesia.
  • Darussalam (lahir di Bengkulu, 12 September 1920 – 1993) – aktor Indonesia yang sudah main puluhan film pada hampir lima dekade
  • Habel Satya (lahir di Sorong, Papua Barat, Indonesia, 12 September 1987) merupakan pemain sepak bola Indonesia
  • Maya Septha Setiono (lahir di Jakarta, 12 September 1986) – aktris Indonesia.
  • Mr. Dr Soepomo (lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 22 Januari 1903 – meninggal di Jakarta, 12 September 1958)
  • Muhammad Roby (lahir di Jakarta, 12 September 1985) – pemain sepak bola Indonesia.
  • Nina Shaqi (lahir di Jakarta, 12 September 1983) – pemeran Indonesia.
  • Rahardi Ramelan (lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 September 1939) – pernah menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia
  • Thayeb Mohammad Gobel (lahir di Tapa, Bone Bolango, Gorontalo, 12 September 1930 – meninggal 21 Juli 1984 pada umur 53 tahun) – pengusaha
  • Vivi Rahmawati (lahir di Mojokerto, 12 September 1979) – aktris Indonesia.
Selebritis dan Tokoh Kelahiran 12 September (Mancanegara):
  1. Alan Arruda, lahir th 1981 – pemain sepakbola Brazil
  2. Amanda Jenssen, lahir th 1988 – penyanyi (Swedia)
  3. Benjamin McKenzie, lahir th 1978 – aktor Amerika
  4. Bizzy Bone, lahir th 1976 – pemusik rap dari USA
  5. Clayton Richard, lahir th 1983 – pemain base ball dari USA
  6. Darren Campbell, lahir th 1973 – atlet (Inggris)
  7. David Thompson, lahir th 1977 – pemain sepakbola Inggris
  8. Fernando Cesar de Souza, lahir th 1980 – pemain sepakbola Brazil
  9. Grant Denyer, lahir th 1977 – presenter TV (Australia)
  10. James Frey, lahir th 1969 – seorang penulis dari Amerika
  11. James McCartney, lahir th 1977 – musisi (Inggris)
  12. Jason Statham, lahir th 1972 – aktor (Inggris)
  13. Jeff Irwin, lahir th 1977 – seorang musisi dari USA
  14. Jennifer Hudson, lahir th 1981 – artis (America)
  15. Joanne Jackson, lahir th 1986 – perenang (Inggris)
  16. Joe Loeffler, lahir th 1980 – seorang musisi dari Amerika (Chevelle)
  17. Joe Pantoliano, lahir th 1951 – aktor Amerika
  18. John Norwood Fisher, lahir th 1965 – seorang musisi dari USA
  19. Ki-Jana Carter, lahir th 1973 – pemain sepak bola dari USA
  20. Leonard Peltier, lahir th 1944 – aktifis (America)
  21. Ler LaLonde, lahir th 1968 – American guitarist (Primus)
  22. Linda Gray, lahir th 1940 – artis film di Amerika
  23. Louis C.K., lahir th 1967 – seorang pelawak (America)
  24. Marguerite Blais, lahir th 1950 – jurnalis ternama (Canada)
  25. Maria Muldaur, lahir th 1943 – seorang penyanyi dari Amerika
  26. Martin Lapointe, lahir th 1973 – pemain hoki (Canada)
  27. Mathé Altéry, lahir th 1927 – penyanyi Perancis
  28. Michel Drucker, lahir th 1942 – jurnalis ternama (Perancis)
  29. Mickey Lolich, lahir th 1940 – pemain base ball dari USA
  30. Mike Murphy, lahir th 1950 – pemain hoki es (Kanada)
  31. Mylène Farmer, lahir th 1961 – penyanyi Perancis
  32. Nana Ozaki, lahir th 1982 – model (Jepang)
  33. Nathan Bracken, lahir th 1977 – pemain kriket (Australia)
  34. Nathan Larson, lahir th 1970 – seorang musisi dari Amerika (Shudder To Think, Hot One)
  35. Neil Peart, lahir th 1952 – pemain drum (Canada)
  36. Norm Dubé, lahir th 1951 – pemain hoki es (Kanada)
  37. Nuno Valente, lahir th 1974 – pemain sepakbola (Portugal)
  38. Pat Listach, lahir th 1967 – pemain base ball dari USA
  39. Patrick Mower, lahir th 1940 – aktor (Inggris)
  40. Paul F. Tompkins, lahir th 1968 – seorang pelawak (America)
  41. Paul Walker, lahir th 1973 – aktor Amerika
  42. Peter Scolari, lahir th 1955 – aktor Amerika
  43. Rachel Ward, lahir th 1957 – artis (Inggris)
  44. Ricky Rudd, lahir th 1956 – pembalap (America)
  45. Ruben Studdard, lahir th 1978 – seorang penyanyi dari Amerika
  46. Sam Brownback, lahir th 1956 – seorang politisi dari Amerika
  47. Scott Brown, lahir th 1959 – seorang politisi dari Amerika
  48. Sean Burroughs, lahir th 1980 – pemain base ball dari USA
  49. September, lahir th 1984 – penyanyi (Swedia)
  50. Sidney, lahir th 1972 – pemain sepakbola Brazil

Kamis, 17 April 2014

Wedding Story


Tahun 2014 adalah tahun di mana saya sering melakukan perjalanan jauh. Berpetualang dari satu daerah ke daerah lain, membawa seonggok daging yang bersarang dalam tubuh saya. Kelak, daging ini akan tumbuh dewasa dan menjadi sulung yang tangguh. Seperti yang pernah diramalkan Tuhan. Keluarga saya menggelar resepsi pernikahan tanggal 29 maret 2014. Di mana hubungan kami diresmikan di mata seluruh orang. Kali ini bukan pertemuan dan perayaan dua keluarga lagi, tapi seluruh orang yang merasa berkepentingan dan peduli terhadap kami.

Bulan maret sampai april, selepas ujian proposal, saya dan suami mengalami banyak perjalanan. Mulai dari Bandung-Cicalengka, Bandung-Cirebon, sampai Bandung-Karawang. Terlepas dari beberapa perjalanan ASAS untuk mengisi acara, yang cukup memakan tenaga dan waktu rehat kami. Selama beberapa kali hal tersebut terulang, laiknya sepasang kekasih yang berpetualang di tengah rentetan kesibukan. Well, kami tetap melakoninya dengan santai. 

Menikah muda? why not?

Tapi siapa sangka dulu saya pernah mengusung prinsip untuk tidak berpacaran sebelum selesai kuliah? Prinsip itu saya usung matang-matang ketika duduk di bangku menengah pertama. Hingga beberapa lawan jenis yang menggemari saya harus menunggu kalau-kalau suatu saat saya akan menebas prinsip itu. Dan.. doa mereka akhirnya terkabul. Prinsip itu kandas begitu saya memasuki sekolah menengah akhir. Ckck.

Dulu saya tergolong akademisi sekolah yang anti pacaran. Makanya sejak SD sampai SMP saya banyak sekali memiliki teman laki-laki dalam ikatan "kakak angkat - adik angkat" yang notabenenya mereka pernah menembak saya.

What's wrong? Sudah menjadi hal yang lumrah ungkapan kakak-beradik itu lahir di kehidupan kita. Berawal dari rasa ingin memiliki yang tak sampai, hingga akhirnya hanya berlabuh menjadi ikatan persaudaraan yang direkayasa. Itulah dunia kita.

Kembali ke obrolan awal, saya menetapkan untuk berani mengambil resiko menikah muda.

Why? “Untuk menghalalkan segalanya”

Saya dan suami akan terbebani masalah biaya hidup, modal, dan nafkah lahir maupun batin. Barangkali kelak keluarga kecil ini akan bertambah besar dengan kehadiran beberapa putra dan putri. Aamiin. Tapi kami sudah melakoninya dengan nyaman. Beban tetap ada, dan selalu kami pikirkan untuk mengatasinya selagi kami mampu. Semoga selamanya ikatan ini tidak menjadi beban yang terus dikhawatirkan orang-orang karena konon kami masih tergolong muda dan belum berpenghasilan tetap. Tapi, “setiap manusia memiliki rezekinya masing-masing”, ucap suami saya yang selalu bersemangat dan produktif.

Kami mempunyai sebuah ruang kecil yang padat. Sebuah ruang yang dulunya hanya ditinggali seorang lelaki, sekarang dipadati dengan kehadiran si perempuan. Ruangan ini tidak kecil, tapi tak luas juga, hanya berukuran sekitar 5x4 meter. Kami tetap menempatinya. Menata barang-barang dua penghuni yang beragam, juga perpustakaan pribadi masing-masing yang dirasa banyak memakan sudut dan pojokan.

Memindahkan seluruh barang "seserahan" keluarga mempelai laki-laki ke mempelai perempuan dari karawang ke cirebon, kemudian dari cirebon dibawa lagi ke bandung, rasanya seperti memindahkan rumah beserta isinya. Well, kami tetap strong kok melaluinya. Ya, tubuh kami belum renta, jiwa kami masih muda dan berkobar. Dan kami tergolong manusia-manusia yang pernah berkecimpung di bagian logistik sebuah organisasi kampus. Jadi hal semacam ini sudah sering kami lakukan sebelumnya.

***

Jumat (28/3) pukul 19.00 wib, keluarga dari karawang tiba di cirebon dengan selamat. Bermaksud untuk bermalam di cirebon agar ikut membantu mempersiapkan resepsi esok hari. 

Malamnya sekitar pukul 22.00 atau 23.00 wib, rombongan dari Komunitas Malaikat (Ciparay) yakni Kang Ahmad Faisal Imron (Afi) beserta Teh Lia (istri), ditemani makhluk liar bernama Chandra (aktor teater sekaligus penyair STSI) datang dan bermalam sejenak melepas lelah di rumah kami.

Sabtu (29/3) kami menyelenggarakan resepsi yang sederhana, seperti hubungan kami yang begitu sederhana dan dengan sangat sederhana larung dalam ikatan rumah tangga.

Pukul 07.30 wib keluarga kami dari CD Teater UPI (Jurdiksatrasia 2010) tiba di cirebon. Terdiri dari, Rio sang supir, Juwita si penyemangat supir, dan selir-selir lainnya seperti Dhika, Bang Willy Bob, Bang Marsten, Roby Aji, Uki, Latif beserta pasangan, Debi. Ke sembilan makhluk luar biasa ini datang dengan wajah agak mengantuk karena menghabiskan  pagi buta mereka dalam perjalanan eksotis yang mungkin sangat melelahkan. Pasti. Tampak dari kelahapan mereka ketika sampai di rumah hajat dan langsung disuguhi sarapan bergizi. Hehe.

Pukul 08.00 keluarga suami saya, dari sumedang, batu jaya, dan buah dua pun tiba. Rombongan itu datang dengan berbagai macam ekspresi, melihat cucu, keponakan sekaligus sepupu sulung mereka mengakhiri masa lajangnya dengan makhluk Cirebon yang selama ini hanya mereka kenal melalui media sosial. (-_-) Kehebohan keluarga ini pun berlanjut dengan sarapan bersama yang kami siapkan di mushola keluarga saya (samping rumah) yang sejak tahun lalu dipadati dengan taman bacaan masyarakat (Al-Falah), PAUD, juga Madrasah.

Sekitar pukul 10.00 wib, keluarga kami dari Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS UPI) pun menyusul. Tak kalah lelahnya dengan pujangga-pujangga CD Teater, mereka juga datang dengan perut yang siap diisi berbagai makanan dan selalu tersenyum, berusaha menyemangati acara kami. Mereka terdiri dari, Bang Juple alias Zulfa, penyair pemanen kentang - Bang Isal Syahreza, Willy Rasta si pengiring saya ketika bermusikalisasi, Ketua ASAS yang baru naik - Auf alias Maruf, Fahmi Suck sang supir tangguh, Rangga Gadoel yang kelak juga akan meminang gadis Cirebon yakni adik kelas saya di SMP, dan perempuan blesteran Jawa-Batak yang menggeluti sastra inggris bernama Dinda.

Ba’da Dzuhur, rombongan berikutnya dari Bandung pun hadir. Adik-adik tingkat kami di kampus yang tergabung dalam Hima Satrasia, mereka datang mengendarai sepeda motor. Wow… strong sekali kalian, Nak!

Beberapa saat kemudian rombongan dari Teater Lakon UPI pun tak kalah ambil bagian. Mereka tiba dengan selamat dan masih dalam kondisi utuh. Tentunya mereka datang dengan ciri khasnya yaitu “ngekting alias ngaktor, apa-apa serba di-teater-keun.” Hihi. Kembali, rombongan ini tak kalah lahap dengan Bandung-an lainnya.

Sekitar pukul 14.00  pasangan UKSK datang. Si ketua angkatan 2010, Kelvin atau sering disapa Mas Owo yang baru saja lengser dari jabatannya sebagai ketua UKSK, ditemani kekasihnya, perempuan cantik dari kelas linguistik 2010, Ita. Mereka sengaja datang menunggangi sepeda motor dari Bandung. Mereka tidak hanya datang berdua, beberapa saat kemudian menyusullah aktivis kampus lainnya yakni Kang Ketus alias Restu Nur Wahyudin dan Manarul Ikhsan si bang asem. Pantesan pengurus Hima sekarang strong-strong, wong’ seniornya aja lebih strong.  Singkatnya, mereka menjadi penamat kehadiran tamu-tamu dari Bandung sore itu.

Malamnya setelah resepsi berakhir, pukul 00.00 wib, ketika saya dan suami sudah mengarungi alam mimpi, tiba-tiba terdengar ketukan pintu berulang kali. Ternyata itu adalah kakak sulung saya, alumni FPOK UPI yang saat ini mengajar di SMAN 26 Bandung dan menjadi alasan saya untuk pulang ke Cicalengka. Tanpa bermaksud mengganggu ketenteraman kami yang tengah melepas lelah, ia datang memberitahu bahwa kami kedatangan tamu dari Bandung – lagi. (hah, jam berapa ini?)

Suami saya pun bergegas keluar kamar dan menemui tamu tengah malam itu. And then, tahukah kalian siapa tamu-tamu yang katanya dari Bandung itu? Yap, ternyata mereka adalah gerombolan kelas Dik.C, sebagian besar adalah teman saya di kelas Jurnalistik 2010. Mereka tak kalah hebat dengan rombongan sebelumnya. Malah terkesan lebih strong atau yang paling strong karena melakukan perjalanan - konvoi motor - dari siang hari pukul 14.00 wib sampai menyentuh malam yang lengang pukul 00.00 wib.

Akhirnya, dengan menu seadanya tapi masih segar untuk dimakan, mereka pun melahap hidangan yang kami suguhkan. Setelahnya, mereka rehat sejenak di tengah rumah, membaringkan tubuh mereka di atas karpet dan tumpukan bantal yang kami siapkan. Lalu, setengah jam kemudian, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke rumah salah satu rekan kelas mereka yang letaknya sekitar setengah jam dari rumah hajat. Wow.

Akhirnya, tamu seumuran kami dari luar Cirebon pun habis tepat di perpindahan hari sabtu ke minggu malam itu, terlepas dari silih bergantinya rekan-rekan TK, SD, SMP, SMA, maupun rekan-rekan masa kecil saya di madrasah dan juga pengajian Al-Falah, yang datang dengan ucapan serupa “Semoga Sa-Ma-Wa” kemudian mengabadikan beberapa foto bersama kami.

Finally, Terima kasih untuk kalian yang sudah hadir dan peduli pada acara kami.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tumpahkan di sini. Tapi sekarang saya harus berbenah. Padahal, cerita berikutnya tentang perjalanan kami (saya dan suami) ketika berpetualang ke bandung dan karawang pasca resepsi belum saya ulas. Mungkin lain waktu ketika saya kembali senggang, dan ketika suami saya pulas merehatkan pikirannya setelah semalaman suntuk berkarya seperti sekarang ini, sesekali ia terbangun hanya untuk mengingatkan saya yang duduk keasyikan di depan laptop.

Jangan kebanyakan duduk sila, Bun.” ucapnya sambil tersenyum, lalu tertidur lagi.

Baiklah tuan-tuan dan nona-nona, saya rasa cukup untuk tulisan hari ini. Selebihnya saya hanya mengatakan bahwa kami bahagia dengan pernikahan kami yang tergolong muda ini. Tidak perlu khawatir dengan skenario berikutnya dari Tuhan, kami sudah lama berjaga-jaga. Cukup doa dan dukungan moril dari kalian agar kami bisa menjalani kehidupan ini dengan lebih baik lagi.

Kebahagian milik kita. Kata tokoh Rancho dalam film 3 Idiots juga, “all is well.”
So… just walking on.



3 Puisi Berlabuh di Harian Indopos Jakarta (Sabtu, 5/4/2014)



Mengiris Bawang


Ibu pernah mengajari aku mengiris bawang
lapis demi lapis
membuatku basah dan kesepian.

Ibu pernah berkata,
“bawang bisa menyembunyikan kesakitan,
tanpa perlu memaksanya hilang.”

seandainya ibu tahu,
sepi tak pernah bisa diiris apalagi dibagi.
seperti bawang-bawang itu, gemar melucuti mataku.

akhir-akhir ini aku gemar mengiris bawang
setiap irisan adalah hujan yang berkeroyokan
menggugurkan kegelisahan
menimangnya menjelma lautan.

seandainya ibu tahu
mengiris bawang seperti menghimpun luka,
barangkali di ruang belakang
ia akan berhenti mengiris bawang dan merasa tak kesepian.


2013.




Menjahit Ayah
  : Bu

kau ajari aku menjahit baju
helai demi helai
seperti menginginkan senyum
dari bibirmu yang ranum.

sesekali kau memintaku menjahit kenangan,
seperti menyusun adegan lalu pada sebundel pakaian,
kau ajari aku menjahit sepersatu sobekan
membordilnya dengan kecupan.

kemarin kau gemar menjahit luka.
beberapa lubang di setiap pakaian,
kau jahit jadi kebahagiaan.

kini, di hadapan tubuhku
kau ajari aku menjahit masa lalu,
menutupnya dengan kain baru,
seperti menjahit ingatan lama, agar tak rusak di kepala.

kau kembali menjahit pakaian
helai demi helai
kembali menginginkan kebahagiaan
dari sakit yang ditinggalkan.


2013.




Mengunjungi Makam
  : Bah

kau tak pernah tahu
berapa lama tubuhmu rebah dalam pusara
seperti kereta kencana tanpa stasiun,
rohmu berkelindan menyusuri belukar awan.

sudah kali kedua aku menitipkan rindu pada gundukan tanahmu,
bungabunga basah adalah doa yang mengaliri denyutmu
mendegupkan nadi yang telah mati
menjawab ketukan pintu yang ganjil di malam hari.

sesekali wajahmu menggelayut di kerlip mataku,
sesudut senyum berbinar pada kelopak kamboja yang memayungimu,
hujan turun serempak menebus dosadosamu.

Bah, betapa Tuhan sudah rindu memelukmu,
sebelum skenario itu hilang
kau lebih dulu menyusun adegan perpisahan
pada sepotong malam yang melarutkan nyeri dadamu. 

kita tahu, nasib tak bisa dipesan
lalu seseorang datang mengantarkannya
serupa makanan cepat saji yang ada di korankoran.

sebab nasib lebih dulu tiba,
sebelum kenangan subur di mana-mana.


2013.



  
Penulis :
Intan Pertiwi, lahir di Cirebon 12 September 1992. Beberapa puisinya tergabung dalam antologi bersama. Saat ini aktif bergiat dalam Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI Bandung.