Kamis, 23 Juli 2015

Welcome

Hai... mulai hari senin kami jadi orang karawang yang benarbenar menetap di karawang.

Wowww....

Selamat datang di dunia pendidikan!

Masih ada dua sampai tiga hari lagi menikmati suasana tanjungsari dan bandung.

Bandung... Besok kami datang! Bersiap, packing dan sebagainya. Oh God, saya akan kembali jadi manusia kecoklatan karena panasnya mirip panas di kampung halaman. Heuheu.

Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk dan jalan yang terbaik untuk keluarga kami ini. Aamiin.

Minggu, 19 Juli 2015

Sometime

Kadang kau butuh seseorang yang mau mendengar ceritamu, keluhanmu bahkan sampai ocehan tak berguna. Seseorang yang ketika diajak bicara bukan menganggap lawan bicaranya itu sebagai saingan yang mesti dikomentari pendapatnya, mesti dikoreksi tiap tuturkatanya, bahkan selalu dianggap salah dalam berucap. Seseorang yang mau mendengarkanmu dengan pikiran suci dan selalu berprasangka baik di awal tuturan. Tak meremehkan ucapanmu barang sehuruf-pun.

Kadang menjadi orang yang berpikir itu sangat melelahkan. Bahkan lawan bicara kita pun sudah berpikir lebih dulu untuk menyiapkan kalimatkalimat, jawaban, respon dan atau komentarkomentar atas ucapan kita yang mungkin belum juga selesai disampaikan ketika itu.

Oh, God.

I think, i need someone.

Yes, i need.
He isn't my husband.

Maybe..... you.

Rabu, 08 Juli 2015

Menggenapi Usia

Kau tahu La, tubuh kita kuyup diguyur waktu...
Sejam lalu kita baru saja selesai menggenapkan usiamu.
Beberapa rekan dan sahabat datang mengunjungimu.
Bukankah kau bahagia dengan hal itu?

La, hidup tak sekadar menjalani hari demi hari sesuai langkah kaki maupun mimpimimpi di kepala,
hidup di kedalaman arti yang lebih rinci membawamu pada fase perubahan apapun.

Selalu bijak menghadapi hidup yang runyam ini, nak. Karena hidup tak sebercanda tingkah ayahmu.

Hidup untuk hidup.

Semoga tak ada sesal yang kembali berkelebat di deret usiamu kelak.

Selamat tanggal 8, La!
Mengulang tanggal di setiap bulannya, kemudian bersiap menghadapi fase berikutnya yang (mungkin) sangat kau nantikan.

Love you, dear!
Happy cakeday! :')

Senin, 06 Juli 2015

Kenang-Kenangan #1

Siang itu aku dipanggil oleh Pak Heru, guru biologi di sekolah yang juga menjabat sebagai pembina osis. Tahun 2009 aku demisioner dari osis, menduduki jabatan sebagai bendahara 1. Meski pada pemilihan suara, aku mendapat posisi terbanyak kedua, namun akhirnya aku ditempatkan sebagai bendahara, bukan wakil ketua. Tersebab dari kelima orang kandidat, tak ada yang berpengalaman memegang uang osis (tahun sebelumnya - 2007 aku menjabat sebagai bendahara 2 di osis saat baru masuk SMA kelas 10). Akhirnya aku pun rela ditugaskan kembali menjadi bendahara osis periode 2008-2009 saat menduduki kelas 11ipa3.

Kembali ke pemanggilan itu, tanpa banyak bicara Pak Heru memberi selembar surat edaran dari dinas kabupaten cirebon. Setelah membaca, akhirnya aku tahu kalau Pak Heru memintaku untuk menjadi perwakilan sekolah dalam ajang solo vokal putri tingkat kabupaten. Tak hanya sendiri, di ajang tersebut ada juga kategori laki-laki.

Tanpa kuduga, Pak Heru menyebut sebuah nama yang membuat kepalaku limbung. Laki-laki berinisial R. Di tulisan ini aku akan menyebutnya "Er".

Tak ada masalah dengan Er, hanya sebuah rasa yang membentur kepalaku untuk kembali mengingatnya.

Siapa Er?

Tak banyak yang tahu bagaimana perasaan kami tumbuh begitu saja. Perasaan yang tak pernah sampai pada tempatnya. Hingga aku memutuskan untuk menyudahi penantian yang sia-sia.

Baiklah, kembali ke pemanggilan itu. Beberapa saat setelah duduk di ruang TU, Er datang menghampiri kami. Ia mengetuk pintu dan melempar senyum pada kami. Bergegas tubuhnya sudah berpindah di sampingku.

Pak Heru memulai percakapan, meminta kami untuk hadir pada technical meeting di Sumber tanpa ditemani oleh dirinya ataupun guru yang lain karena hari itu bentrok dengan rapat guru-guru di sekolah. Er setuju dan mengusulkan untuk mengendarai motor ke tempat TM yang diperkirakan memakan waktu 45 menit dari sekolah. TM dilaksanakan entah berapa hari setelah pertemuan tersebut, yang pasti tak berselang lama.

Hari technical meeting tiba. Aku dan Er pergi ke Sumber menunggangi motor. Saat itu statusku memang sedang tak terikat pada siapapun karena hubunganku dengan Dee kandas menjelang kenaikan kelas 12. Maksudku, aku tak bisa menerima masa lalu Dee. Entahlah, aku begitu pemilih. Barangkali juga karena hatiku masih terikat pada Er, lelaki yang pertama kali membuatku nyaman di sekolah saat mengikuti tes seleksi pengurus osis di kelas 10.

Lelaki yang punya hobi sama denganku -menulispuisi. Lelaki yang punya ketertarikan yang sama -senidanmusik. Lelaki berjiwa seni dengan sekelumit cinta pada dunia kesenian. Lelaki yang aktif bergiat di Paskibra (pasukan pengibar bendera). Ia bisa membagi kecintaan pada dunia seni, olahraga maupun barisberbaris. Pun denganku. Jadi tak ada alasan untuk tidak tertarik padanya karena sederet keserasian yang ditakdirkan Tuhan.

Saat itu aku sedang jomblo dan menikmati masa lajang di usia remaja. Vakum dari dunia percintaan, aku memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan beberapa orang lakilaki maupun perempuan. Hingga aku tak sadar, banyak lelaki yang nyaris patah hati karena terlalu percaya diri mendekatiku (baiklah, abaikan yang satu ini).

Aku tahu, Er sudah memiliki kekasih. Sebenarnya aku ingin menceritakan kronologi cerita ini dari awal, agar para pembaca bisa mengaitkan perasaan tokoh-tokoh dalam masalah ini. Tapi sudahlah, terlalu sesumbar. Barangkali bisa kalian temukan di cerpen berjudul "Feeling Guilty" yang sengaja kutulis untuk persyaratan diklat asas beberapa tahun lalu.

Well, karena alasan perintah dari sekolah, akhirnya tak ada masalah mengenai pemberangkatan ini. Kekasih Er bernama Fat. Kami bertiga (berempat dengan Dee -dulunya) termasuk teman dekat yang bergiat di osis maupun paskibra. Tak ayal, kedekatan kami berempat mulanya karena jabatan di paskibra. Aku dan Dee dipasangkan menjadi pengemban putra dan putri (bertanggungjawab atas satu angkatan), sedangkan Fat dan Er dipasangkan menjadi Bapak dan Ibu lurah (bertanggungjawab atas satu kepengurusan).

Teman-teman di sekolah juga sudah tahu kalau aku dan Er dekat karena Er memanggilku adik dan aku memanggilnya kakak. Namun jauh sebelum eratnya sebutan kakak-beradik itu, kami memang pernah mengikat hati. Sekadar mengikat dan meyakini bahwa ada rasa yang lain di antara kami berdua. Segalanya tampak biasa saja di depan orang-orang, barangkali karena semua hanya melihatnya dari kacamata depan saja, mereka tidak melihat jauh ke dalamnya.

Kedekatan kamipun direstui oleh seorang guru perempuan yang sudah kuanggap sebagai second mother. Aku menyebutnya Bunda. Tapi tetap, kami tak bisa mengikat hati di depan banyak orang. Kami hanya dekat sebagai sahabat, tak lebih. Barangkali cuma Bunda yang mengetahui perasaan kami satu sama lain. Itu pun Bunda ketahui ketika aku dan Er mengikuti lomba menyanyi solo di dinas kabupaten.

Bunda yang mengantar kami ke sana saat hari perlombaan. Bunda pula yang mendengar segala curahan hati kami masing-masing, hingga ia menganggap bahwa aku dan Er saling menyukai tapi tak bisa mengikat hati. Entah apa sebabnya, Bunda juga tak punya solusi.

Menuju perlombaan menyanyi, aku dan Er menyiapkan kostum sebaik mungkin. Er bahkan mengantarku membeli sepatu untuk kebaya yang akan kukenakan nanti. Hari itu Er pertama kali berkunjung ke rumahku.

Seusai membeli sepatu, Er mengobrol dengan ambu dan abah. Kami semua tampak akrab. Apalagi Er dan aku akan menyanyikan lagu lawas yang sangat dikenal ambuku. Er sampai berlatih menyanyikan lagu "Selendang Sutera" bersama ambu, karena beliau sangat hafal lagu tersebut. Aku juga tak kalah saing, ikut berlatih menyanyikan lagu "Pantang Mundur". Semuanya terdengar syahdu, ditambah suara ambu yang merdu.

Beberapa saat sebelum sampai di rumah, Er membelikanku eskrim. Ya, dia memang tahu kalau perempuan bermata sayu ini adalah maniak eskrim. Akhirnya dia membelikan beberapa eskrim untuk keluargaku juga. Bahkan Er sengaja membukakan cangkang eskrim untuk abah. Kedekatanpun terjalin di antara keduanya.

Begitulah, pertemuan singkat dengan Er yang menimbulkan kesan baik di mata keluargaku. Hingga aku benar-benar takut menghadapinya.

Bagaimana tidak?
Aku bepergian dengan seorang lelaki yang sudah tak sendiri. Membeli sepatu, bahkan makan eskrim bersama. Aku merasa janggal dengan keadaan itu, aku takut perasaan silam kembali muncul. Aku takut akan ada permasalahan yang timbul. Ya, aku takut menyulut pertengkaran antara Er dan Fat.

Berpindah dari ketakutanku dan kewaspadaan untuk tidak terlalu "baper", akhirnya aku berusaha santai menjalaninya. Sampai perlombaan itu benarbenar selesai dan aku tak akan dipersatukan lagi dengan Er.

Entah tanggal berapa saat itu. Aku lupa mengingatnya.

###
*tobecontinued*

Kamis, 02 Juli 2015

Setengah Sadar

Saya baru saja mengirim aplikasi lamaran pekerjaan ke email kepala SDIT Lampu Iman di Karawang. Well, itu rekomendasi dari Ibu (mertua saya). Dari kemarin kami ngobrol via whatsapp, Ibu tahu kalau saya kelewat jenuh diam di rumah dan ingin segera mengajar. Beliau merekomendasikan saya untuk ngajar di sekolah tersebut. Alasannya, Syahla tidak perlu masuk daycare karena bisa dititipkan ke Abi. Selain itu, karena jarak sekolah dan rumah Ibu yang sangat dekat. Selain itu lagi.. karena di sana ada adik ipar saya yang masih bersekolah, namanya Nisa. Doi tahun ini naik ke kelas tiga. Ibu sangat berharap kalau saya ingin kerja, lebih baik kami tinggal di Karawang supaya bisa dekat dengan keluarga suami dan Syahla tetap terpantau.

Pertengahan bulan kemarin, saya juga memasukkan aplikasi ke Temasek International School di Bandung. But, saya nggak yakin bakal lolos di sana karena berbagai macam hal. Saya masih takut buat nitipin Syahla ke daycare. Sebetulnya lebih condong buat ngajar di Bandung sih, karena suami juga domisili kerjaannya di Bandung. Mungkin rumah di tanjungsari mau kami jual (itupun kalau laku sesuai dengan harga yang kami pasang). Tapi semuanya bentrok di batin seorang ibu yang nggak bisa jauh berlamalama dari bayi mungilnya. Saya juga masih belum rela dan belum sepenuhnya tega-yakin-percaya buat nyerahin Syahla ke tangan oranglain. Huhu.

Duuuh, jadi dugdugser sendiri. Banyak keraguan buat masukin aplikasi ke berbagai lowker. Aslinya.. Belum rela ninggalin Syahla barang limamenit bahkan berjam-jam :(

Entahlah, tapi sayanya juga pengen ngajar nih. Mumpung materi penguasaan kelas dan teknik pengajarannya masih nempel erat di kepala, takutnya kelamaan di rumah malah bikin tumpul.

Baca? Nulis?
Udah... tapi tetep, pengen bersosialisasi di dunia luar.

Kubu pertahanan otak dan batin saya mulai 'sengklek' dan 'bengkok'. Saya nggak bisa milih mana yang lebih baik. Memang benar-benar kudu solat istikhoroh sesuai saran ibu :') *efek ngobrol panjanglebar sama ibu mertua di whatsapp*

Dari segala kemungkinan, saya lebih milih untuk tetep tinggal serumah dengan suami dan Syahla *di manapun itu nantinya*. Karena bagaimanapun, hidup berumah tangga lebih asik kalau tinggal mandiri dalam sebuah rumah.

Ehya, tetangga di rumah ini juga udah mulai asik *saya dan suami makin ragu buat pindah rumah* ah!

Yaaah, Insya Alloh ada jalan yang terbaik dari segala pilihan ini. Bismillah aja.

Sambil nunggu acc lamaran, mending baca-tulis dan jualan online dulu gih! *ujar batin saya* tibatiba semuanya ditinggalkan setelah melihat tingkah lucu Syahla. ~saya mah gini orangnya.

Selamat tidur!