Jumat, 27 Juni 2014

Ours

Untuk apa saya menulis dan berceloteh di dalam blog ini? 
Kenapa tidak membeli buku harian saja seperti zaman sekolah dulu? 

Rasanya kaku menulisi kehidupan sekarang dalam sebuah buku harian, padahal itu adalah kegiatan yang lebih baik ketimbang menulisinya dalam media sosial. Padahal itu adalah kegiatan yang lebih rahasia, daripada mengumbar kehidupan untuk dibaca oleh banyak orang.

Lalu apa untungnya menulis keseharian saya di dalam blog atau media sosial lainnya yang jelas-jelas akan dibaca oleh semua orang?

Ask me something...

Saya menulis di blog ini untuk menarik benang merah antara masa depan dengan masa lalu. Saya tahu, banyak sekali  yang ingin kamu tahu tentang kehidupan kami di sini. Sekalipun berupa ocehan yang menyia-nyiakan waktu, tapi itu bisa menjadi titik acumu untuk menariknya dengan kehidupan-kehidupan yang telah lalu.

Jangan munafik, setiap tulisan yang saya tulis, adalah makananmu  untuk menyusun puzzle masa depan. Saya tak pernah yakin, apakah hal ini akan berhasil atau tidak. Saya baru akan berhenti, setelah kamu benar-benar melarungkan hidupmu pada seseorang kelak. Ketika kamu bahagia dengan orang yang benar-benar bisa menjadi pengganti kami dalam hidupmu. 

Maka biarkan saya terus berceloteh dalam blog ini, sekadar membuatmu merasa bahagia dan tersenyum picik melihat kehidupan kami yang monoton, atau mungkin membuatmu sedih dan gelisah karena mengetahui kehidupan kami yang sekarang jauh lebih baik dan menguntungkan.

Ya, saya akan terus menulis jika sedang gelisah dan memikirkan sesuatu yang aneh. Kecuali jika kamu bosan untuk mencari tahu tentang kami, atau jika kamu sudah berniat untuk tidak melarungkan hidupmu pada seseorang di luar kami selama-lamanya. 

Bisa saja saya berhenti menulisi kehidupan kami dalam blog ini, tapi saya khawatir pada hidupmu. Seolah masa depanmu ada di tangan kami. Seolah masa depanmu juga bergantung pada tingkah laku kami saat ini. Kami peduli terhadapmu, tapi mungkin tak akan lama.

Kami khawatir kalau-kalau kami yang lebih dulu bosan menunggu reaksimu di sana, menunggu kamu memberi kabar bahagia bahwa kamu sudah menemukan orang yang tepat.

Ah, sudahlah. Keputusan ada di tanganmu, sejak dulu saya selalu ingin menanyakan hal ini padamu..

"apa kamu menunggu sampai saya mati, baru kemudian kamu bisa tenang dan rela melarungkan hidupmu pada seseorang lain di luar kami?"


tentu, itu akan kamu jawab seketika dalam tulisanmu yang lain.
Maka biarkan saya tetap menulis, agar kamu bisa merangkai masa depanmu sekarang.
Saya tahu, kamu tidak pernah ingin merasa dikasihani oleh siapapun, tapi untuk masa depanmu yang melibatkan banyak masa lalu kami, saya rasa itu perlu.


Kamis, 19 Juni 2014

Celoteh

kapan terakhir kali kamu menulis puisi?
tepatnya sebulan lalu. Ketika saya benar-benar gelisah, lantas mendaratkannya dengan menulis. Tapi hasilnya kurang indah. Saya rehat menulis puisi sejak bulan itu, kebetulan karena saya ingin fokus pada tulisan lain yang lebih mempertaruhkan nyawa saya di kampus. Ya, si tuan S! - called skripsi. *heem*

kapan terakhir kali kamu menulis cerpen?
tepatnya dua bulan lalu. Ketika saya namai cerita itu sebagai "Cerpen Akhir April" dan melabuhkannya di blog ini. Saya menulisnya dengan tergesa-gesa karena takut kehilangan ide. Pikiran saya begitu padat bulan-bulan ini. Saya enggan membiarkan ide-ide itu mengawang, tanpa parasut untuk mendarat, atau pelampung untuk menepi. Saya ingin ide itu sampai pada tempatnya. Kau tahu, rayap dalam kepala saya hampir beranak pinak. Saya khawatir ia memakan seluruh ide terbaik dalam pikiran saya.

kapan terakhir kali kamu mengoceh di media sosial?
sampai detik ini pun saya masih mengoceh. Entah apa yang saya ocehkan. Rasanya ingin terus berceloteh tanpa ada telunjuk yang menuding bibir saya untuk diam. Sampai kau benar-benar membacanya!

kau? siapa 'kau'?
kau? barangkali adalah saya, bisa juga kamu yang sedang membaca, atau si orang ketiga dalam naskah ini yang entah di mana keberadaannya. Siapapun 'kau', saya ingin kau membacanya.

haaah... sudahlah. Saya mau melanjutkan celoteh ini dalam mimpi. Semoga besok masih ada pasokan ide dalam kepala untuk melanjutkan tulisan akhir saya di kampus.  

Good night!


Senin, 16 Juni 2014

Memorandum

Tiba-tiba saya rindu kedua orang tua, keluarga dan masa-masa terdahulu, sebelum empat tahun lalu saya mendaratkan diri di jurusan yang penuh dengan bacaan sepadat ini.

Tiba-tiba saya ingin bereinkarnasi menjadi siswa kelas 12. Melarungkan gairahnya pada jurusan yang tepat. Seni Musik, baru kemudian Bahasa. Tapi saya memperoleh Bahasa. Sudahlah, ini jalan saya. Barangkali kalau tidak larung ke Bahasa, saya tidak mungkin melanjutkan tulisan-tulisan klise semacam ini. Saya tetap senang, sekalipun passion nomor dua yang saya peroleh. 

Kalau begitu, saya telah bereinkarnasi menjadi bocah TK. Karena saat menduduki taman kanak-kanak itulah, gairah membaca saya mencapai puncaknya. Majalah Bobo, Ino, dan koran-koran yang berisi cerita anak-anak, selalu menjadi teman ketika makan dan sebelum tidur. Ya, meskipun pada kenyataannya gairah bernyanyi dan bermain musik itu sudah tertanam sejak saya bisa berbicara dan berceloteh menanyakan lagu-lagu yang mengalun dari suara merdu ibu. Tapi keduanya bersinergi dalam tubuh saya. Bidang bahasa yang paling saya suka adalah keterampilan membaca dan menulis. Setelah sejak kecil saya dijejali keterampilan menyimak dongeng yang diceritakan oleh ibu, lantas saya menjadi tertarik pada dunia musik ketika ibu menyisipi dongengan tersebut dengan lagu-lagu pendukungnya. Sejak saat itulah saya gemar membaca. Apalagi ibu selalu membawa buah tangan berupa majalah anak-anak dan kumpulan kisah islam untuk anak teladan. Dari sanalah, gairah menulis pun muncul. Menulis cerita diselingi menulis larik-larik lagu untuk mendukung cerita tersebut. Saya senang memiliki pengalaman seistimewa ini. Berkat ibu.

Saya rindu ibu. Rindu dongeng yang ia ceritakan. Rindu suara merdunya dalam bernyanyi untuk mendukung dongeng tersebut. Saya selalu merindukan ibu.

Untuk mengenang dan membayar kerinduan ini, saya berniat menerapkannya pada anak-anak saya kelak. Bercerita atau mendongeng diselingi lagu-lagu lama yang khas dari dongengan tersebut.

Jadilah pendongeng yang baik, ujar ibu.
Ya, Engkau adalah pendongeng sekaligus penyanyi terbaik dalam hidup saya.
Ibu adalah guru pertama yang saya kagumi di dunia ini.

Selalu, seperti peribahasa 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya'.
Saya ingin sepertimu, bu. Menjadi perempuan mulia, perempuan multitalenta, yang bisa menjadi apa saja  dan berguna bagi anak-anaknya.



_memorandum dari ibu_

Sabtu, 14 Juni 2014

Edisi Nonton Teater

Akhir bulan kemarin sampai awal bulan ini, di tengah kesibukan saya menggarap ujian dan laporan PPL *tepatnya minggu-minggu lalu*, demi nama ketenangan batin, akhirnya saya memutuskan untuk ikut nonton teater secara berturut-turut. Maksudnya? Akhir mei sampai awal juni adalah hari yang penuh dengan garapan teater. Mulai dari nonton teater di jurusan, yaitu pergelaran sastra dari mahasiswa angkatan 2012 berturut-turut. Pertunjukannya diadaptasi dari puisi karya penyair terkenal, artinya bentuk transformasi puisi ke dalam drama panggung. Kemudian, dua garapan CD Teater yaitu Burried Child dan Mengandung Tuhan. Lalu parahnya lagi, garapan ujian akhir jurusan teater di STSI yang pementasannya berturut-turut juga. *ppffft*

Pertunjukan pertama yang saya dan suami tonton di STSI berjudul Pintu Tertutup. Lalu ada satu hari di mana pertunjukannya hanya sebentar sekitar 20 menit tapi mengocek dompet sebesar 25ribu rupiah perorang sebagai perayaan hari lingkungan hidup sedunia. Pertunjukan tersebut dipersembahkan oleh Teater Payung Hitam STSI Bandung. Kemudian hari berikutnya kami menonton Anna und Martha Sektor Ketiga, lalu berlanjut ke selasar sunaryo menonton pertunjukan berjudul Semangkapati (hanya yang mendapat undangan yang diperbolehkan masuk). Beruntunglah kami punya rekan baik dari STSI, sehingga undanganpun didapat di tempat. ^_^

Selain itu, sebenarnya saya juga mendapat undangan khusus dari siswa SMA Negeri 2 Bandung, tempat saya praktik mengajar. Undangan pertunjukan drama musikal yang dipersembahkan oleh ekskul Rumah Seni di sekolah tersebut. Tapi sayangnya, saya tidak bisa hadir karena cuaca tidak mendukung saya untuk berangkat.

Rasanya puas, di tengah penyusunan Laporan PPL dan revisi bab 1 sampai 3 yang super 'jelimet' dengan dosen pembimbing, saya masih sempat nonton teater yang 'bejibun' itu. Saya merasa seperti bereinkarnasi menjadi mahasiswa tingkat satu yang gemar berapresiasi (lagi). Senangnya!

Di luar, saya dan suami nonton teater yang berturut-turut. Di dalam kamar, kami juga tetap nonton. Tapi nonton film hasil memungut dari laptop rekan-rekan kami. Hahaha. Sampai seorang rekan kami berniat untuk menjual satu softfile film seharga tiga ribu rupiah, saking banyaknya film yang doi koleksi, dan banyak juga para "movie freak" di dunia ini.

Edisi nonton teater cukup sekian. Setelah hari ini, kami tetap berburu tontonan lagi di luar sana. Tentunya tontonan yang pas dengan dompet kami, tapi kebetulan semua pertunjukan yang kami tonton di atas itu adalah pertunjukan gratis, kecuali beberapa yang memang sangat berharga. Yaaa, sebenarnya dalam berkesenian kita dilarang menimbang-nimbang untung rugi uang yang kita keluarkan. Demi harga sebuah kesenian, berapapun harusnya tidak jadi masalah, 'berkesenian kok setengah-setengah' begitulah!

Edisi nonton film akan saya posting di luar wacana ini, supaya lebih terklasifikasi. Hehe.
Baiklah,
salam sastra, salam seni dan budaya,
tetaplah menjadi apresiator jika karya kita ingin juga diapresiasi orang lain.


^_^

Jumat, 13 Juni 2014

Mother of Alien(s)

Apa sih? Geje deh!
Awalnya saya bingung menanggapi sebutan nama yang diusung-usung oleh beberapa rekan saya itu. Ya secara, mother of alien(s), kenapa coba harus itu?
Ternyata eh ternyata, saya baru paham setelah sang laki menjelaskan semua-muanya. Hahaha.

Sejak resmi menjadi pengurus arena studi apresiasi sastra dan juga cd teater rintisan angkatan 2010, saya resmi ditetapkan sebagai "moa" (singkat). Itu karena hanya sayalah satu-satunya betina yang tersisa di angkatan 2010 yang masih rela mengorbankan waktunya untuk berpetualang bersama orang-orang aneh semacam mereka (red: lelaki berinisial wm, wec, aap, rrd, mu, ra, zn, wrs, mt, lsl, iw, dan lain-lain yang tidak mungkin saya sebutkan lagi karena keburu stres memikirkannya).

Wajar sih saya mendapat julukan semacam ini. Bayangin, setiap kali orang-orang ini kumpul dan bepergian ke suatu tempat, pasti cuma saya betina satu-satunya yang ikut. Yaa meski kadang ada beberapa betina lain yang terpaksa ikut karena alasan pacarnya ikut, kepingin refreshing juga, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tapi yang sering nongol dan menetap di kumpulan orang-orang aneh ini yaa saya. Iyaaaa, saya. *ala dodit*

Bepergian malam, menghabiskan bensin untuk menikmati kota yang lengang, menghabiskan sisa uang untuk membeli kuliner baru dan aneh, bermalam di rumah salah satu rekan kami karena kemalaman di jalan, menatap bintang dan bulan yang kadang-kadang kepikiran kenapa mereka begitu akrab kayak kami ini, dan lain-lain, lain-lain...

Baiklah, minggu ini saya resmi dilepas dari tempat PPL yaitu SMA Negeri 2 Bandung. Rasanya sumringah banget! why? soalnya saya enggak dapet gaji sih. Coba kalau PPL dapet gaji, kan lumayan ya selama 4 bulan itu mengabdikan diri untuk bertemu manusia-manusia baru dan mengajari mereka ilmu yang tak pernah habis-habis. *halah* Yaa.. kan jadi kurang motivasi kalau enggak ada duitnya. *matre* *bukan pahlawan tanpa tanda jasa* oke!

Back ke persoalan "moa", begitulah kisah mulanya saya dinobatkan menjadi ibu dari para alien yang berkeliaran di jurusan kami. Kenapa mereka disebut alien? ada banyak alasannya sih. Maybe karena mereka adalah orang-orang yang terisolasi dari kepedulian dosen yang anti-kritikan. Bisa juga karena mereka adalah orang-orang yang doyan diskusi tapi dosennya 'ogah' diajak diskusi atau berdebat. *sama aja*

Yang pasti mereka adalah orang-orang yang peduli dan suka berkesenian. Umumnya lebih ke-anti pembodohan dari dosen. Tergabung dalam cd teater dan jurusan saya. Jurdiksatrasia. Beberapa di antaranya adalah pengurus asas, dan sisanya adalah teman main saya di luar akademik. (red: sahabat suami saya).

Sebetulnya, saya cukup diuntungkan dengan kehadiran mereka dalam hidup saya yang begitu monoton ini. Karena ketika PPL, saya enggak jarang ketemu sama makhluk baru di sekolah yang sifat dan kelakuannya mirip mereka. So, saya enjoy ngadepinnya, saking udah seringnya ketemu orang-orang aneh kayak mereka -_-

Setelah 4 bulan sibuk mencerdaskan bangsa *PPL*, akhirnya saya kembali jadi Mother of Alien(s)!
Tepatnya di suatu malam yang membebaskan kami dari beban mengajar karena semuanya sudah selesai ujian. Kami ber-7 (yang ikut) memutuskan untuk merayakan ulang tahun abang wec di sebuah tempat yang tak asing bagi kebanyakan lelaki. Yap, "Beerman"! 

Apa? saya ke beerman? baru kali itu kok! saya yang berkerudung dan tengah berbadan dua ini ikutan ke tempat semacam itu? astaghfirulloh! *ngelus dada*

Iya, saya juga enggak nyangka mereka bakal melarungkan motornya di tempat itu. Tapi apa daya, menemani suami dan beberapa rekan alien menghilangkan penat karena kesibukan yang menumpuk sebagai mahasiswa tingkat akhir, mengharuskan saya untuk rela diajak kemana-mana dan kembali jadi "moa". Tapi kali itu saya bukan betina satu-satunya. Beruntung saudari 'y' ikut, jadi bukan cuma saya satu-satunya perempuan berkerudung di tempat semacam itu. Oh God, oh my parents, oh my children, forgive me please.. forgive your mother!  forgive my husband - your father, boy!

Kebetulan ada donatur tetap di antara kami yang membayar semuanya, sehingga itu jadi point plus saya bersedia ikut dengan mereka. Mumpung gratis! Terus di sana saya ikutan minum? Iyalah ikutan minum! Eeeh tapi tenang, bukan minuman yang aneh-aneh kayak mereka. Seperti biasa, supaya bisa menghilangkan penat dan tetap sehat, saya memutuskan untuk memesan eskrim dan jus alpukat. Enough.
 
Btw, lama-lama saya baca ulang semua tulisan di blog ini isinya ocehan enggak penting semua. Saya lupa kalau udah jadi ibu rumah tangga. Tapi no problem, jadi IRT yang tetap gaul sama sosmed, apa salahnya. *ngelus poni*

Well, banyak banget yang pengen saya tulis dalam blog ini. Terutama pas saya dan suami pindahan kosan. Kunjungan demi kunjungan tak pernah surut menghujani ruangan kami. Yaa begitulah kalau resmi jadi induk dari anak-anak semacam mereka. Sekarang saya dan suami lagi bedrest - tepar! Saya yang terlunta-lunta menyelesaikan bab 4 & 5 tapi masih dibingungkan dengan bab 3 yang mengudara *belum ada revisi lagi* karena dospemnya terlampau sibuk. Juga suami yang sibuk merangkul bocah-bocah jurusan untuk berpartisipasi dalam garapan teater "Umang-Umang" sebelum mereka semua pada bubar karena mudik lebaran. 

Saking baru latihan teater lagi, olah tubuh lagi, olah vokal lagi, reading lagi, karena beberapa bulan sebelumnya sibuk menjadi ketua asas, akhirnya doi resmi tepar malam ini. Get well soon, Poem!

Duuh, saya pegel nih duduk dan ngetiknya. Udah dululah, saya mau istirahat dan nonton film-film baru di laptop. Eeeeh mau nonton bola juga sih, piala dunia. Tapi enggak tau deh, mau ngelus-ngelus suami dulu aja biar cepet sembuh dan bisa ngajak saya jalan-jalan lagi. Okesip. *enggak penting*

Terima kasih sudah sudi mampir dan membaca cuap-cuap basah yang menyia-nyiakan ini. 
Salam fifa world cup 2014. Salam pilpres 2014. Salam hujan bulan juni. Salam bulan ramadhan dan lebaran. Salam revisian dosen. Salam sidang skripsweet dan wisuda. Salam mudik dan liburan. Salam untuk waktu musiman semacam ini. Salam sayang untuk kelahiran yang sebentar lagi terjadi. Wassalam.

_tertanda : Mother of Alien(s)_

 

Senin, 02 Juni 2014

Hallo, June!

Selamat datang Juni. Masih ingat ceritaku tahun lalu tentangmu? ya, aku menulisnya satu bulan setelah menyelami tubuhmu. Lalu aku larungkan dalam tumblr :

-my little story-

Ada ingatan yang berkelebat dalam pikiran, tapi tak lama. Aku keburu sumringah dengan kehidupan sekarang. Selamat datang Juni, hanya itu. Selebihnya kuendapkan jadi kenangan.