Jumat, 17 Juli 2020

MEMPERSIAPKAN MOOD ANAK AGAR ANAK SIAP BELAJAR

RANGKUMAN MATERI KE-EMPAT

KELAS SIAP MENDIDIK

@BENGKEL_DIRI

Pemateri Ibu Devi Sani

 

Deskripsi :

Dia memandang orangtua atau gurunya itu, dia merasa ada kecemasan dalam diri dia terkait hal-hal yang berhubungan dengan belajar. Dia memandang orang-orang yang menyuruhnya belajar itu sebagai orang-orang yang agresif (digambarkan olehnya orang-orang dengan kuku yang tajam, matanya nyalang, dll, bisa dilihat dari gambarnya).

 

Terkait dengan menjaga atau mempersiapkan mood anak saat belajar, kita harus memahami bahwa mood itu sangat dipengaruhi dengan perasaan (FEELING) anak terhadap orang-orang  di sekelilingnya, juga dipengaruhi oleh otak (BRAIN).

Saat otak sudah kewalahan/stress, otak itu akan berubah ke mode “fight, flight, freeze”,  otak ini tiba2 jadi nggak siap untuk belajar.  Contohnya kita bisa masuk ke mode ini saat “dikejar anjing”, kita nggak bisa mikir, tiba-tiba lari gitu aja. Sehingga ini juga yang dirasakan oleh otak, Walaupun nggak nyata, otak anak kita nggak langsung menyatakan bahwa ada bahaya di depan dia, tapi ketika otak dia merasa terancam/stress, otak anak kita secara otomatis akan berubah jadi mode 3F itu. Maka, sangatlah penting untuk kita tahu kapan anak kita butuh waktu untuk BREAK.

Yang perlu dipahami adalah, kecemasan itu sangat bisa memicu mode anak jadi 3F di atas. Walaupun misalnya kita teriak ke anak kita, dan teriakan kita itu dipersepsikan sebagai DANGER, seketika otak anak kita langsung ubah jadi mode “shut down”, dia nggak mau belajar, malah ready-nya utk survive (nggak siap belajar), mood-nya jadi berantakan, atau otak dia jadi ngebleng saat ditanya. Apalagi ketika kita bertanya dengan nada membentak yang otomatis akan menyalakaan system danger di otak dia, hingga memberikan kecemasan pada dirinya.

 

Apa yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan mood anak agar mau menjalani proses belajar?

  1. RELATIONSHIP

Hubungan yang kita jalin dengan anak kita. Kalau hubunganya baik, maka anak akan lebih mudah kita arahkan dan pengaruhi.

Hubungan yang kita jalin dengan anak mempengaruhi bagaimana kemampuan mereka me-manage stress. Kalau hubungan kita secara hati (emosional) baik, maka kemampuan mereka me-manage stress itu akan baik juga. Tapi ketika hubungan kita dengan anak itu jelek, kemampuan mereka me-manage stress-nya akan sangat tipis (sumbu pendek). Kalau disuruh belajar gampang stress dan gampang marah-marah.

Jika kita mau menjalani hubungan yang baik dengan anak, kita bisa memulainya sejak ia lahir hingga 3 tahun di usia utamanya.

Ketika misalnya kondisi dia sangat stress dari lahir sampai usia 3th, ini akan mendapat dampak yang sangat besar pada anak kita. Bayangkan saja, kalau di awal kehidupan mereka sudah disuguhi dengan stress (berlebihan) itu akan berpengaruh ke kehidupan dia nantinya. Berbeda dengan ketika anak baru merasakan stress yang berat ketika usia 20-an ke atas.

Yang perlu kita ingat adalah memenuhi kebutuhan bayi sejak dia masih bayi, atau kebutuhan anak untuk perawatan, kasih sayang, dan protection (nurture & protection). Pengalaman dia diberi rasa aman dan dirawat oleh orang terdekatnya ini akan merespon otak anak untuk memberikan sinyal-sinyal yang menyenangkan. Inilah yang menstimulasi otak, justru interaksi kita yang menyenangkan itulah yang bisa menstimulasi otaknya, bukan program-program belajar yang aduhai mahalnya itu.

 

Gambaran siklusnya begini,

    Relationship – Hubungan dengan orangtua lebih sering dipersepsikan positif oleh anak – anak/bayi membangun rasa secure secara emosional dengan orangtua mereka – rasa secure inilah yang membantu mereka ‘melepaskan’ stress dalam intensitas besar atau pun kecil – saat stress sudah terlepaskan atau teregulasi, anak siap BELAJAR DAN BEREKSPLORASI.

    Artinya, hubungan kita dengan anak kitalah yang akan menstimulasi otak anak kita, ini berdasarkan penelitian. Kalau anak kita seringnya mempersepsikan hubungan yang positif (kita sebagai orangtua dan mereka sebagai anak banyak hal-hal positif yang dirasakan), maka anak akan termotivasi untuk mengeksplor informasi di sekeliling dia. Pengalamamn tersebut diulang-ulang setiap harinya, dan akan menciptakan secure pada dia (kayak menabung pelan-pelan dan menjadi gunung kebaikan).

 

Lantas bagaimana pandangan Islam?

APAKAH ALQURAN MEMBAHAS INI?

ALBAQARAH 233 – HUBUNGAN DENGAN IBU,

 

Dalam ayat ini membahas juga hubungan dengan ayah, hanya saja yang akan lebih ditekankan adalah hubungan dengan Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak.

Bahwa kekuatan hubungan emosional itu akan mempengaruhi kesuksesan dan keberhasilan anak dalam belajar, di awal kehidupannya, hubungan kitalah yang akan mempengaruhi otak (brain) dia.

Dalam surat al-baqarah ayat 233, para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2th penuh, bagi yang nggak mampu, tak mengapa tentunya, hanya saja hal ini sudah dibahas dalam ayat Al-quran.

Yang mau ditekankan di sini adalah lama waktunya, yaitu 2th. Kenapa sih ALLAH menyebutnya 2th? Kenapa nggak 1th atau 6 bulan aja? Kenapa harus memilih 2th?

Karena kalau dalam ilmu psikologi, ternyata di usia 2th itulah akhir dari pembentukan attachment (kelekatan) emosional kita dengan anak. Di dua tahun tersebut kita sebagai orangtua harus benar-benar menjalin kedekatan, kelekatan dengan anak, nggak apa-apa kalau mau nyusuin atau nggak, yang penting deket aja dulu dengan anak kita itu.

Di dua tahun awal inilah kita mesti membentuk hubungan yang baik (persepsi positif) karena penting sekali terkait brain anak kita ini.

Kalau saat masih usia bayi dia sudah mengalami stress dengan intensitas tinggi, itu akan memberikan dampak besar ke otak. Sebaliknya kalau di 3th pertama brain-nya diberikan relationship yang positif, akan berdampak bagus sekali. Dan Allah menyebutkannya 2th, itu penting sekali untuk menghabiskan waktu “fulltime” dengan anak kita dibanding kita bersibuk diri di luar (tidak membersamai mereka di usia tersebut).



Ada dua jenis otak; gambar satu yang normal, dan satunya lagi neglect (benar2 nggak dipedulikan); antara yang diberikan cinta dan tidak diberikan cinta. Begitulah kira-kira gambaran kondisi otaknya.

 



  1. EXECUTIVE FUNCTION

EF ini sangat berhubungan dengan brain dia. Kalau brain dia bagus, proses belajarnya pun akan bagus. Nah, berikut ini adalah THE EIGHT EXECUTIVE FUNCTION SKILLS.

  1. Impulse control (think before acting)

Kemampuan anak untuk mengontrol impulse-nya,

  1. Emotional control (keep feelings in check)

Kemampuan anak untuk mengontrol emosinya

  1. Flexible thinking (adjust to the unexpected)

Supaya anak bisa flexible thinking

  1. Working memory (keep key information in mind)

Kemampuan anak untuk mengingat sesuatu/informasi

  1. Self monitoring (evaluate how they are doing)

Kemampuan anak untuk me-monitoring (ini cukup nggak ya waktunya?, dll)

  1. Planning & prioritizing (decide on a goal and a plan to meet it)

Kemampuan anak untuk merencanakan / memprioritaskan (PR mana dulu nih yang mau dikerjain?, dll)

  1. Task invitation (take action and get started)

Kemampuan untuk memulai suatu tugas (tidak menunda-nunda tugas).

  1. Organization (keep track of things physically & mentally)

Terkait dengan pengorganisasian (gimana anak bisa nyusun tasnya, mana PR yang harus dikumpulkan ke sekolah, mana buku IPA-nya, buku MTK di mana, kaos kaki disimpan di mana, dll)

 

Tanda awal adanya masalah di atas :

Untuk menentukan apakah anak kita ada masalah executive function atau tidak, berikut hal-hal yang bisa kita perhatikan di awal.

Usia pra sekolah – kelas 2 :

  1. Mudah frustasi (kalaupun frustasi, dia nggak minta bantuan, ‘rungsing’ sendiri)
  2. Sulit ikut arahan
  3. Mudah tantrum pada hal kecil
  4. Memaksa melakukan sesuatu sesuai caranya
  5. Menjawab pertanyaan secara tidak jelas (atau nggak nyambung)

Usia kelas 3 SD – 1 SMP

  1. Mulai mengerjakan tugas, ter-distrak, lalu tidak pernah selesai
  2. Seringkali tugas sekolahnya tertinggal
  3. Tas dan mejanya berantakan
  4. Fokus pada poin pembicaraan yang padahal tidak penting

Jika membutuhkan screening awal. Silakan copy paste link berikut :

https://www.additudemag.com/quiz/executive-function-disorder-symptom-test-for-children/

Setelah screening, apa sih yang kemudian bisa kita lakukan, karena kalau EF nya ini bisa terbantu, maka mood dalam belajar anak akan enak, lebih mudah diajak kooperatif. Yang perlu kita ingat bahwa antara emosi dan otak, hati dan pikiran, itu bukan dua hal yang terpisah, tapi mereka itu saling berhubungan. Apa saja yang harus kita lakukan setelah screening awal?

  1. Periksakan

Jika hasil screening menunjukkan hasil yang signifikan,. Maka perlu pegangan profesional untuk melatih executive function.

Misal anak mengorganisir pekerjaan rumahnya, contoh dalam map hijau itu PR yang dibawa ke rumah/belum dikerjakan, dan dalam map kuning untuk menyimpan PR yang harus dibawa ke sekolah, sudah dikerjakan, dan harus dikumpukan ke guru. Dan contoh lain sebagainya.

  1. Jadwal rutin – fleksibel

Anak sangat butuh rutinitas, karena secara internal mereka belum ter-organisir dengan baik, jadi kita bantu mereka meng-organisir secara external.

Tentunya penentuan jadwal ini tidak sangat saklek ya, harus kondisional saja, lebih fleksibel dibatas wajar. Supaya mood-nya bagus, mereka butuh jadwal, karena kalau jadwalnya berantakan, itu akan mempengaruhi mood mereka juga.

Kalau mereka punya rutinitas tapi nggak tepat, secara external akan lebih ter-organisir ketika kita membuat jadwal untuk mereka. Kita bantu organisir lingkungan luarnya melalui adanya jadwal tersebut. Kalau yang masih usia kecil, jadwalnya mungkin bisa dibedakan pagi dan malam. Tapi kalau sudah SMP-SMA, harus ada jadwal sekolahnya, untuk jadwal rutinnya bisa dimulai setelah pulang sekolah/hari libur. Jadwal rutin ini bisa membuat hal-hal/kegiatan terprediksi dengan baik, otak jadi lebih aman terasanya (predictability brings secure).

  1. Tempat

-          Punya beberapa pilihan tempat di dalam rumah

-          Tergantung pada anak, bisa juga dilakukan berdiri

-          Seringkali jika di kamarnya, ia akan lebih mudah menyerah.

Kita kenali anak kita tipenya gimana, senang belajar di tempat baru atau di tempat sepi. Tapi jika di dalam kamar, dia akan lebih mudah nyerah/rebahan. Kalau misalnya di tempat yang lebih terbuka/ meja makan/ meja lipat di atas karpet di sudut tertentu di rumah, itu tidak apa-apa. Tapi usahakan tempatnya tidak hanya satu. Karena tempat yang berbeda-beda ini (3 misalnya), kita bisa lebih tahu dia lebih okenya belajar di mana.

  1. Buat reminder yang bisa dilihat anak

-          Jadikan informasinya bisa dilihat secara visual, dengan post it, tanda stiker, papan tulis, gambar, dll.

-          Saat anak bisa melihat infomasinya secara visual, ini akan sangat membantu working memory-nya.

(bentuknya bisa dalam gambar, seperti gambar langkah berwudu/gosok giri, ini untuk usia kecil. Bisa juga bentuk kolom perbulan dan perhari bagi yang sudah SD kelas akhir, SMP, dan SMA)

  1. Waktu istirahat

Untuk menjaga mood anak, dan EF nya bisa maksimal tentunya butuh waktu istirahat, terutama setelah mengerjakan hal yang berat/penting. Membagi waktu istirahat saat tugasnya stressfull bagi anak, disesuaikan dengan usia anak kita. Break-nya tidak terlalu lama, bisa 3-10 menit. Kalau kelebihan dari 10 menit, dia akan susah untuk kembali ke tugas itu. Tapi kalau terlalu sebentar misal hanya 1 menit, itu EF nya belum berfungsi membaik.

  1. Bergerak

Untuk membantu EF dia agar mood-nya tetap terjaga adalah dengan kebutuhan geraknya harus terpenuhi. Kegiatan fisik yang rutin dapat membantu anak menguatkan kapasitas EF nya (berdasarkan penelitian). Bergeraknya tapi rutin, bukan sesekali dalam beberapa jam kemudian hari berikutnya tidak. Itu salah. Harus rutin meski hanya beberapa menit perhari, tapi dilakukan setiap hari secara rutin.

1.      Amat banyak penelitian mengatakan betapa pentingnya latihan fisik, termasuk ‘booster’ untuk fungsi eksekutif.

2.      Kegiatan fisik rutin membantu anak menguatkan kapasitas EF

Di era pandemi ini, kita harus juga memperhatikan screentime anak bareng gadget-nya. Harus dibatasi waktunya, karena itu akan memengaruhi mood belajar anak ke depannya kalau terlalu lama screentime (menggunakan gadget).

 

Informasi selengkapnya mengenai materi ini dan yang berkaitan dengan hal-hal di atas bisa langsung kita tanyakan pada pemateri, melalui :

Email : hello@rainbowcastleid.com

Website : www.rainbowcastle.com

IG : Klinik @rainbowcastleid

Alhamdulillah….

Sekian dulu rangkuman materi ke-4 ini. Untuk materi ke-2 belum dibagikan ke blog karena belum selesai menyimaknya, hehe. Materinya masih berkenaan dengan HS. Sementara materi ke-3 lebih banyak membahas praktik dalam membuat sesuatu (alat belajar yang menyenangkan untuk anak), jadi sifatnya lebih banyak gambar dan bisa dipraktikkan. Next time InsyaAllah aku bagikan materi ke-5 dengan pemateri yang nggak kalah keren yaitu Ummu Balqis. Semoga ada waktu untuk nulis resume-nya dan dikirim ke sini ya. Hihi. Semangat, buibu pembelajar! []


12 komentar:

  1. penting banget nih buat anak sekarang. mulai banyak tugas sekolah harian di rumah.

    BalasHapus
  2. Makasih banyak sharingnya mba..bekal nanti kalau baby saya dah skolah :)

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah aku jadi notice cara belajar anakku, terima kasih tulisannya mb💞

    BalasHapus
  4. Dari materi ini kita jadi lebih bisa memahami psikologi anak ya mba, jdi bisa mempersiapkan dan menghindari hal2 yg bikin mood anak hilang

    BalasHapus
  5. Makasih sharingnya mba, jadi bisa ikutan belajar 😆

    BalasHapus
  6. Ya Allah.. mood anak emang susah bgt yaa d prediksi

    BalasHapus
  7. Terimakasih buat resumenya, ilmu baru bagi aku..

    BalasHapus