Selasa, 26 Maret 2013

Filosofi Musikalisasi Puisi "Bahtera Ga1b"

Bahtera Gaib adalah salah satu nama kelas di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010 yang ada di UPI Bandung. Diberi nama Bahtera Ga1b, karena memiliki kepanjangan "Bahasa dan Sastera Gabungan 1 B". Satu B di sini karena saat itu kami masih menduduki tingkat satu dan semester satu. 


Ga1B di sini kerap kami sebut sebagai Gaib agar tidak kesulitan memanggilnya. Sehingga Bahtera Ga1B pun tenar dengan sebutan Bahtera Gaib. *agak alay*



Sedikit rancu karena kami menamainya ketika duduk di semester pertama. Sehingga dalam membuat akronim pun kurang sinkron dengan kepanjangannya. Tapi tak apa, seadanya, justru membuat kami Cetar Membahana Badai .



Saat ini kami sudah melambung berkat nama tersebut. Setidaknya beberapa langkah lebih dikenal warga UPI dari pada kelas lainnya yang tak bernama. Hehe :)

Setelah beberapa bulan memasuki kelas B tersebut, akhirnya seorang pentolan band metal di Bandung yang juga menjadi bagian dari kelas ini, Tedy, menghimpun beberapa anggota dari kelas ini untuk membentuk sebuah tim musikalisasi puisi. Awalnya yang diajak bergabung adalah rekan-rekan dekatnya saja, tapi setelah dirasa kurang lengkap, akhirnya ia mengajak yang lain untuk bergabung.

Tim Musikalisasi Puisi Bahtera Gaib terbentuk ketika diadakannya lomba musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono dalam kegiatan Gebyar Bahasa & Sastra Indonesia (GBSI) Hima Satrasia FPBS UPI yang sengaja diadakan pada bulan Oktober 2010 guna memperingati bulan Bahasa. Terhitung ketika itu usia kuliah kami baru beberapa bulan dari Juni 2010.


Dari kegiatan mendadak tersebut akhirnya tim musikalisasi puisi yang digawangi oleh Tedy ini pun mulai merekrut personil. Awal terbentuk, personil di sini berjumlah 8 orang, terdiri dari : 
Tedy (gitar1)
saya-Intan (lead vocal)
Tanti (violin + vocal2)
Irma (vocal3) 
Indra (gitar2)
Trisna (gitar3)
Putro (Jimbe)
Fajar (alat musik sederhana-buatan)

Beberapa bulan setelah perform dalam lomba tersebut, terjadi seleksi alam lantaran kesibukan yang tak bisa diganggu gugat. Dua orang personil mengundurkan diri, yaitu Putro dan Fajar. Tersisa 6 orang.

Selama satu tahun kami ber-6 saling melengkapi, setidaknnya ada pemain gitar tetap yaitu Tedy, violin yang dipegang oleh Tanti, dan lead vocal adalah saya (Intan). Paling tidak, harus ada ketiga orang ini, sementara tiga yang lain mulai sibuk dengan aktivitas lainnya. 

Selama satu tahun, kami jarang tampil lengkap ber-6. Kadang kami hanya tampil ber-4, jika tidak ditambah Irma, mungkin ditambah Trisna atau mungkin juga Indra. Yang pasti personil tetap dalam tim ini adalah Saya, Tedy dan Tanti. Kami bertiga yang selalu ada untuk perform, baik itu undangan tampil di kampus atau pun di luar kampus.

Beranjak ke akhir tahun 2012 sampai 2013, kami lelah dengan ketidakpastian personil ini karena sejak tahun sebelumnya kami resmi mendapat dosen pembimbing, yakni Bapak Makmur Saadie. Beliau yang menangani keperluan rekaman kami, puisi-puisi yang akan dimusikalisasikan (kebanyakan adalah puisi karya Beliau), juga keperluan tampil di acara-acara.-semacam Manager.

Setelah menimbang berbagai hal, satu orang dari personil kami bernama Trisna mengundurkan diri karena satu dan lain masalah yang sulit dicari solusinya. 

Akhirnya, tim musikalisasi puisi Bahtera Gaib sampai saat ini tersisa 5 orang, sudah resmi rekaman dan membuat sebuah album dengan tema "Kisah Perjalanan".

Personil ini saya buat rinci, terdiri dari :

Intan Pertiwi (lead vocal)
Tanti Puspita (violin + vocal 2)
Irma Nurfa (vocal 3)
Tedy Heriyadi (gitar1)
Indra Sukma Falak (gitar2)


Beberapa puisi yang sudah kami musikalisasikan & melambungkan nama kami di antaranya :

1.   Akulah Si Telaga (Sapardi)
2.   Aku Ingin (Sapardi)
3.   Bahasaku (Sides)
4.   Kampung Halaman (Hikmat)
5.   Lagu Sederhana (Acep Zamzam)
6.   Burn (Agus R.Sarjono)
7.   Di Zawiyyah (Makmur Saadie)
8.   Berziarah Di Hadroh Fatimah Az-Zahra / BDHFA (Makmur Saadie)
9.   Kisah Perjalanan (Makmur Saadie)
10. Do'a (3) (Makmur Saadie)
11. Suatu Subuh Menuju Sebuah Masjid / SSMSM (Makmur Saadie)
12. Taman (Chairil Anwar)


Sementara, album pertama kami yang diberi tema Kisah Perjalanan, hanya berisi 6 buah puisi yaitu point 6 sampai 11 saja.

Setelah album kami tersebar di beberapa guru maupun dosen bahasa Indonesia yang ada di Jawa Barat, akhirnya pembimbing kami menawarkan kami untuk kembali melakukan rekaman dengan beberapa puisi yang telah beliau buat. Maka, ter-aransemen-lah beberapa puisi yang beliau suguhkan namun belum memasuki dapur rekaman. Di antaranya :

1. Kenduri Puisi Cinta (Makmur Saadie)
2. Sekuntum Puisi Untuk Sang Nabi (Makmur Saadie)
3. Wajah Indah Sang Nabi (Makmur Saadie)
4. Semesta-Mu (Makmur Saadie)

Sehingga jika ditotal, ada sebanyak 16 puisi yang sudah kami rilis namun sebagiannya belum kami luncurkan dalam bentuk album.

Saat ini, kami juga tengah menggarap beberapa puisi lagi untuk diaransemenkan.

Semakin banyak puisi dan aransemen yang kami buat, semakin banyak pula manfaat yang kami dapat dari hasil peluncurannya.


catatan :
Jika Anda berminat membeli album rekaman kami yang berbentuk CD, silahkan hubungi Facebook saya-tertera dalam blog ini. Atau, kami juga menyediakan mp3 gratis jika memang Anda menginginkannya. Silahkan temui kami di Jurdiksatrasia FPBS UPI Bandung. Kebanyakan puisi yang kami aransemen adalah aliran romantik dan religius. Selamat mengapresiasi (!)


Sedikit berbagi, berikut beberapa lirik puisi karya Dosen Pembimbing kami :


KISAH PERJALANAN 

Kisah pertama
semut bermalam di ranting bidara
bermimpi bidadari bermata jeli mutiara
terjaga di gelap malam memandang semesta
elok wajahnya ketika gelap menamparkan cahaya

Kisah kedua
pengembara berjalan menuju senja
lelah dan papa berebah di tanah terbuka
terpesona menatap langit berawan jingga
dan rindunya sampai juga di pintu Sorga

Ini kisahku mengembara di lembah batu
mengais jejak di bongkah waktu
menerka arah dan tanda tidak terduga
tapi sempat menulis sajak cinta

Lalu bermimpi senja yang suci
awan putih turun di kebun ceri
membungkus lembut melambung ke langit sunyi
berselancar aku di jalur pelangi



DI ZAWIYYAH

aku sebatang pohon
ketika hujan kudengar nadi
tik tak jam yang beriring
lewat ranting menuju daun

tak jelas yang terasa
kecuali hujan di dalam kebun
serpihan waktu yang berguguran

lalu kudiam

tak terasa apakah aku ada atau tiada
tetapi ada yang senantiasa
menatapku dari arah tak berhingga



DOA (3)

(debur ombak di laut)
Ya Allah
debur ombak di laut
ialah rinduku

Ya Allah
rinduku menjulang
pucuk-pucuk ombak
menjilat bulan

Ya Allah
rinduku bergemuruh di angkasa

Ya Allah
cinta-Mu menggulung semesta
menjadi seberkas cahaya

Ya Allah
bumi langitku lenyap
digilas cahaya-Mu

Ya Allah
aku tiada
tapi rinduku menjadi cahaya



KENDURI PUISI CINTA

Rindu melancip
di kenduri puisi
puisi cinta yang gaib
berdaulat di hati

Dibakar cinta
hati kita bernyanyi
membenamkan jiwa
di samudera Illahi

Jeritkan cintamu
luapkan rindumu
sampai bulir airmata
menderas diperas cinta




-sekian (!)

Sabtu, 16 Maret 2013

Bersemangat (lagi)

Tulisan saya dimuat.

Rasanya riuh tabuhan di dada ketika melihat nama saya terpampang kembali dalam sebuah koran. Terakhir melihat nama saya masuk di koran itu semasa SMA. Tepatnya di rubrik tokoh-profil. Saya lolos sebagai "Cewek Multitalenta" dalam koran Radar Cirebon.

Saat itu yang saya ingat, saking bangganya ibu membaca, beliau menggunting laman tersebut dan melaminatingnya, lalu terakhir saya mudik ke Cirebon bulan lalu, tulisan itu masih setia bertengger di lemari kaca ruang tamu-rumah Ibu saya. Ya, sebuah tulisan yang di dalamnya terdapat nama dan profil singkat mengenai saya.

Bulan Maret 2013, tepatnya tanggal 14, saya kembali digegerkan dengan hal semacam itu.
Thanks to Inilah Koran.
Setelah vakum dan belum berani mengirimkan sesuatu lagi ke koran selepas SMA, Rabu (13/3) saya terpaksa mengirim tulisan saya ke harian Inilah Koran (Jabar). -terpaksa (?) -tidak bersungguh-sungguh (?) -tidak yakin akan dimuat (?) -pesimis (?) -iseng (?) may be (!)

Sebuah opini yang saya beri judul "Perempuan dan Objek (Karya) Sastra".
Sebuah tulisan yang awalnya saya kirim untuk memenuhi tugas Penulisan Opini dan Editorial di kelas Jurnalistik semester 6. Akhirnya bisa diterima pihak Inilah Koran. Syukurlah. Berarti tinggal menunggu nilai A dari Bapak Dosen. Congrats for me (!)

"Scribo Ergosum - Menulislah, maka kamu ada" - sebuah tema yang diusung untuk diklat ASAS tahun ini.
Wow, bersemangat (!)

Berikut link koran digitalnya :

http://www.inilah.com/ikoran/idxkoran






Minggu, 03 Maret 2013

Ragam Budaya Cirebon


Orientasi Cirebon
“ Cirebon “ Orangtua bilang kalau cirebon itu punya segudang budaya buat kita banggain ke orang-orang daerah lain. Karena hal itu, kita  sebagai pemuda pemudi yang ada dalam satu naungan kota cirebon ini bisa bangga akan semuanya yang ada di kota udang ini. Kota udang? Why? Ya.. mungkin karena warga daerah ini lebih dominan bermatapencaharian sebagai nelayan, mempunyai segudang eksplorisasi tentang ilmu laut, hehe.
Tapi kita masih punya banyak kelebihan yang bisa dikembangin di kota indah ini loh, misalnya, hmmm.. dalam…

Segi Budaya
Ngomongin masalah budaya, gak akan ada habisnya kalau kita bahas satu persatu. Ambil contoh aja. Kota cirebon ada di Pulau Jawa, tapi Jawa disini adalah Jawa yang lebih dominan ke satu arah yaitu Jawa Barat. Dilihat dari nama provinsinya JAWA orang mungkin bakal nyimpulin kalau isi warga daerah ini dominan adalah berbahasa Jawa…
Padahal satu anggapan itu gak akan cukup buat ngebuktiin semuanya. Kita ambil salah satu kabupaten di provinsi Jabar ini (gitu orang nyingkatnya).

Daerah yang punya beranekaragam bahasa tentunya. Yap, daerah di mana kita dilahirkan.
“CIREBON”
Hehe..
Bangga gak sih jadi warga cirebon? Heem… pastilah..! Apalagi hal itu makin kuat saat saya mengalami satu adat atau kebiasaan yang dimiliki kota ini. Awalnya saya ragu buat menceritakannya karena ini menyangkut banyak hal.

Kembali ke gaya bahasa. Siapa bilang cirebon cuma punya satu bahasa sehari-hari? Huuuuh… gak dong! Sok tau! Hahaha..
Cirebon punya banyak bahasa, contohnya bahasa Jawa & bahasa Sunda.
Ya paling gak, kedua bahasa ini masih ada sangkut pautnya sama nama daerah kita ini.
“ Cirebon (Cai Rebon) “

Keliatankan dimana letak bahasa sundanya? Heeem, gak cuma itu. Satu hal yang makin menguatkan saya adalah ketika di sekolah saya ada pergantian kepala sekolah. Waktu acara jumpa pisah kepala sekolah, sempet loh di adain upacara adat yang berbau sunda gitu. Terdiri dari kesenian khas sunda yaitu degung. Formal banget acara ini. sampai-sampai butuh latihan yang serius untuk mendapatkan kekhidmatan suasananya.

Waaah, Cirebon hebatkan? makin bangga, hehe..
But,,
Kita tetep dong kudu ngajaga kelestarian gaya bahasa jawanya itu sendiri.  Ada banyak hal yang berkaitan erat sama budaya Cirebon yang bisa kita banggain selain dari segi gaya bahasanya aja. Masih ada kesenian khas Jawa disini.
“ Burok ” (demikian orang menyebutnya)
Kesenian khas Jawa ini gatau asal usulnya gimana, tapi yang jelas anda gakan nemuin ini di kota-kota besar kaya semodelan Jakarta itu. Kecuali kalau ada orang suku Cirebon yang tinggal di Jakarta dan putranya mau disunat terus manggil kelompok Burok dari Cirebon buat tampil di Ibukota sana. Gitu.
Disini lebih dominan ke budaya jawanya yang di tonjolin, apalagi kalau “Burok” yang tampilnya spesial plus drama legendanya. Wuiiiih, seru banget di tontonnya.
Ohya, biasanya kesenian ini di adain tiap ada acara khitanan gitu buat memeriahkan, acara. Ya wajar aja cos yang datengnya kebanyakan anak-anak kecil gitu bareng orangtua mereka.
Pokoknya seru bangetlah!
Emmm…
Satu lagi keanekaragaman budaya khas cirebon yang cukup terkenal di kalangan masyarakat, tapi dalam segi “ kulinernya ”
mantap!
Selain banyak udang maupun trasi yang berdomisili dari lautan, kita juga punya makanan utama di kota ini. Pernah  dengar nama makanan yang langsung menujukan ingatan kita ke Cirebon?
Yuhuuuu…

Empal Gentong dan Nasi Lengko

Ini juga Cirebon mpunya loh. Sebenernya banyak kok makanan khas cirebon itu, dari mulai makanan ringan sampai yang berat-beratnya juga ada, hehe.
Tapi makanan yang bikin tenar nama Cirebon itu ya cuma makanan ini.

Nasi Lengko, terdiri dari :
Nasi putih, irisan tempe, irisan mentimun, toge, kecap, bawang, kucai, dan sambal  pastinya (bagi yang doyan pedas)
hehe, bergizikan?

Heeem, mungkin baru itu yang bisa saya ceritain. Tapi yang jelas,
“Cirebon is the best city for me”
*uuuyeaah*

Itu baru sebagian ciri khas yang dimiliki oleh kota ini. Masih banyak lagi segudang kebudayaan dari berbagai segi or bidang yang bisa kita banggain dari kota udang ini.
So, jangan minder jadi warga cirebon ya! semangatlah buat kemajuan kota ini. Dari slogannya aja udah keliatan betapa mewah dan berharganya Cirebon ini.
“ Cirebon berintan “
(persis banget sama nama saya, hehe)

Tapi ya memang itulah kota dimana kita dilahirkan. Kota yang masih punya potensi besar buat dikembangin oleh tunas-tunas bangsa berikutnya. Jangan sampai Cirebon musnah 10 tahun atau berpuluh-puluh tahun ke depan. Justruuuuu kita sebagai pemuda-pemudi Cirebon sudah sepatutnya melestarikan & mengembangkan budaya maupun potensi-potensi yang ada di kota tersayang ini, ok!
Kita harus yakin bahwa dalam jangka waktu yang pendek aja kita bisa mengembangkan serta memperkenalkan beberapa budaya-budaya ciri khas kota kita ke warga di luar kota sana, apalagi jika terhitung dalam jangka waktu yang panjang. Wow..

Waaaah… semoga makin maju dan berkualitas yah kota tercinta ini.
Cirebon milik kita bersamaaaaaaaa (ups)
Good luck deh buat semua warga Cirebon.

Penutup, sebuah lagu tentang CIREBON yang diciptakan oleh guru kesenian saya ketika SMP di SMP Negeri 1 Ciledug dan diajarkan kepada seluruh muridnya di sekolah tersebu, termasuk saya ::

Cirebon Cirebon kota wali
Kotanya ramah indah sekali…

( bla… bla… bla.. saya lupa pemirsa, karena biasanya bawa teks buat menyanyikan lagu itu.. hehehe *alibi )

keep our Cirebon, ok!