RANGKUMAN
MATERI KE-EMPAT
KELAS
SIAP MENDIDIK
@BENGKEL_DIRI
Pemateri
Ibu Devi Sani
Deskripsi :
Dia
memandang orangtua atau gurunya itu, dia merasa ada kecemasan dalam diri dia
terkait hal-hal yang berhubungan dengan belajar. Dia memandang orang-orang yang
menyuruhnya belajar itu sebagai orang-orang yang agresif (digambarkan olehnya orang-orang
dengan kuku yang tajam, matanya nyalang, dll, bisa dilihat dari gambarnya).
Terkait
dengan menjaga atau mempersiapkan mood anak saat belajar, kita harus memahami
bahwa mood itu sangat dipengaruhi dengan perasaan (FEELING) anak terhadap
orang-orang  di sekelilingnya, juga
dipengaruhi oleh otak (BRAIN).
Saat
otak sudah kewalahan/stress, otak itu akan berubah ke mode “fight, flight, freeze”,  otak ini tiba2 jadi nggak siap untuk
belajar.  Contohnya kita bisa masuk ke mode
ini saat “dikejar anjing”, kita nggak bisa mikir, tiba-tiba lari gitu aja. Sehingga
ini juga yang dirasakan oleh otak, Walaupun nggak nyata, otak anak kita nggak
langsung menyatakan bahwa ada bahaya di depan dia, tapi ketika otak dia merasa
terancam/stress, otak anak kita secara otomatis akan berubah jadi mode 3F itu. Maka,
sangatlah penting untuk kita tahu kapan anak kita butuh waktu untuk BREAK. 
Yang
perlu dipahami adalah, kecemasan itu sangat bisa memicu mode anak jadi 3F di atas.
Walaupun misalnya kita teriak ke anak kita, dan teriakan kita itu dipersepsikan
sebagai DANGER, seketika otak anak kita langsung ubah jadi mode “shut down”, dia nggak mau belajar,
malah ready-nya utk survive (nggak
siap belajar), mood-nya jadi berantakan, atau otak dia jadi ngebleng saat
ditanya. Apalagi ketika kita bertanya dengan nada membentak yang otomatis akan menyalakaan
system danger di otak dia, hingga
memberikan kecemasan pada dirinya.
Apa yang perlu
dilakukan untuk mempersiapkan mood
anak agar mau menjalani proses belajar?
- RELATIONSHIP
 
Hubungan
yang kita jalin dengan anak kita. Kalau hubunganya baik, maka anak akan lebih
mudah kita arahkan dan pengaruhi.
Hubungan
yang kita jalin dengan anak mempengaruhi bagaimana kemampuan mereka me-manage stress. Kalau hubungan kita secara hati
(emosional) baik, maka kemampuan mereka me-manage stress itu akan baik juga. Tapi ketika hubungan kita dengan anak
itu jelek, kemampuan mereka me-manage stress-nya akan sangat tipis (sumbu
pendek). Kalau disuruh belajar gampang stress
dan gampang marah-marah.
Jika
kita mau menjalani hubungan yang baik dengan anak, kita bisa memulainya sejak ia
lahir hingga 3 tahun di usia utamanya.
Ketika
misalnya kondisi dia sangat stress dari lahir sampai usia 3th, ini akan mendapat
dampak yang sangat besar pada anak kita. Bayangkan saja, kalau di awal kehidupan
mereka sudah disuguhi dengan stress (berlebihan) itu akan berpengaruh ke
kehidupan dia nantinya. Berbeda dengan ketika anak baru merasakan stress yang
berat ketika usia 20-an ke atas.
Yang
perlu kita ingat adalah memenuhi kebutuhan bayi sejak dia masih bayi, atau
kebutuhan anak untuk perawatan, kasih sayang, dan protection (nurture &
protection). Pengalaman dia diberi rasa aman dan dirawat oleh orang terdekatnya
ini akan merespon otak anak untuk memberikan sinyal-sinyal yang menyenangkan.
Inilah yang menstimulasi otak, justru interaksi kita yang menyenangkan itulah
yang bisa menstimulasi otaknya, bukan program-program belajar yang aduhai mahalnya
itu.
Gambaran siklusnya begini,
    Relationship
– Hubungan dengan orangtua lebih sering dipersepsikan positif oleh anak – anak/bayi
membangun rasa secure secara
emosional dengan orangtua mereka – rasa secure
inilah yang membantu mereka ‘melepaskan’ stress
dalam intensitas besar atau pun kecil – saat stress sudah terlepaskan atau teregulasi, anak siap BELAJAR DAN
BEREKSPLORASI.
    Artinya,
hubungan kita dengan anak kitalah yang akan menstimulasi otak anak kita, ini
berdasarkan penelitian. Kalau anak kita seringnya mempersepsikan hubungan yang
positif (kita sebagai orangtua dan mereka sebagai anak banyak hal-hal positif
yang dirasakan), maka anak akan termotivasi untuk mengeksplor informasi di sekeliling
dia. Pengalamamn tersebut diulang-ulang setiap harinya, dan akan menciptakan secure pada dia (kayak menabung
pelan-pelan dan menjadi gunung kebaikan).
Lantas
bagaimana pandangan Islam? 
APAKAH
ALQURAN MEMBAHAS INI? 
ALBAQARAH
233 – HUBUNGAN DENGAN IBU,
Dalam
ayat ini membahas juga hubungan dengan ayah, hanya saja yang akan lebih
ditekankan adalah hubungan dengan Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak.
Bahwa
kekuatan hubungan emosional itu akan mempengaruhi kesuksesan dan keberhasilan
anak dalam belajar, di awal kehidupannya, hubungan kitalah yang akan mempengaruhi
otak (brain) dia.
Dalam
surat al-baqarah ayat 233, para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2th
penuh, bagi yang nggak mampu, tak mengapa tentunya, hanya saja hal ini sudah
dibahas dalam ayat Al-quran.
Yang
mau ditekankan di sini adalah lama waktunya, yaitu 2th. Kenapa sih ALLAH
menyebutnya 2th? Kenapa nggak 1th atau 6 bulan aja? Kenapa harus memilih 2th?
Karena
kalau dalam ilmu psikologi, ternyata di usia 2th itulah akhir dari pembentukan attachment (kelekatan) emosional kita
dengan anak. Di dua tahun tersebut kita sebagai orangtua harus benar-benar
menjalin kedekatan, kelekatan dengan anak, nggak apa-apa kalau mau nyusuin atau
nggak, yang penting deket aja dulu dengan anak kita itu.
Di
dua tahun awal inilah kita mesti membentuk hubungan yang baik (persepsi positif)
karena penting sekali terkait brain
anak kita ini.
Kalau
saat masih usia bayi dia sudah mengalami stress dengan intensitas tinggi, itu
akan memberikan dampak besar ke otak. Sebaliknya kalau di 3th pertama brain-nya
diberikan relationship yang positif,
akan berdampak bagus sekali. Dan Allah menyebutkannya 2th, itu penting sekali
untuk menghabiskan waktu “fulltime” dengan anak kita dibanding kita bersibuk
diri di luar (tidak membersamai mereka di usia tersebut).
Ada
dua jenis otak; gambar satu yang normal, dan satunya lagi neglect (benar2 nggak dipedulikan); antara yang diberikan cinta dan
tidak diberikan cinta. Begitulah kira-kira gambaran kondisi otaknya.
- EXECUTIVE FUNCTION
 
EF
ini sangat berhubungan dengan brain
dia. Kalau brain dia bagus, proses
belajarnya pun akan bagus. Nah, berikut ini adalah THE EIGHT EXECUTIVE FUNCTION
SKILLS. 
- Impulse control
     (think before acting)
 
Kemampuan
anak untuk mengontrol impulse-nya,
- Emotional control
     (keep feelings in check)
 
Kemampuan
anak untuk mengontrol emosinya
- Flexible thinking
     (adjust to the unexpected)
 
Supaya
anak bisa flexible thinking
- Working memory
     (keep key information in mind)
 
Kemampuan
anak untuk mengingat sesuatu/informasi
- Self monitoring
     (evaluate how they are doing)
 
Kemampuan
anak untuk me-monitoring (ini cukup nggak ya waktunya?, dll)
- Planning &
     prioritizing (decide on a goal and a plan to
     meet it)
 
Kemampuan
anak untuk merencanakan / memprioritaskan (PR mana dulu nih yang mau dikerjain?,
dll)
- Task invitation
     (take action and get started)
 
Kemampuan
untuk memulai suatu tugas (tidak menunda-nunda tugas).
- Organization
     (keep track of things physically & mentally)
 
Terkait
dengan pengorganisasian (gimana anak bisa nyusun tasnya, mana PR yang harus
dikumpulkan ke sekolah, mana buku IPA-nya, buku MTK di mana, kaos kaki disimpan
di mana, dll)
Tanda
awal adanya masalah di atas :
Untuk
menentukan apakah anak kita ada masalah executive
function atau tidak, berikut hal-hal yang bisa kita perhatikan di awal.
Usia
pra sekolah – kelas 2 :
- Mudah
     frustasi (kalaupun frustasi, dia nggak minta bantuan, ‘rungsing’ sendiri)
 - Sulit
     ikut arahan
 - Mudah
     tantrum pada hal kecil
 - Memaksa
     melakukan sesuatu sesuai caranya
 - Menjawab
     pertanyaan secara tidak jelas (atau nggak nyambung)
 
Usia
kelas 3 SD – 1 SMP 
- Mulai
     mengerjakan tugas, ter-distrak, lalu tidak pernah selesai
 - Seringkali
     tugas sekolahnya tertinggal 
 - Tas
     dan mejanya berantakan
 - Fokus
     pada poin pembicaraan yang padahal tidak penting
 
Jika membutuhkan screening awal. Silakan copy paste link berikut :
https://www.additudemag.com/quiz/executive-function-disorder-symptom-test-for-children/
Setelah
screening, apa sih yang kemudian bisa
kita lakukan, karena kalau EF nya ini bisa terbantu, maka mood dalam belajar anak akan enak, lebih mudah diajak kooperatif. Yang
perlu kita ingat bahwa antara emosi dan otak, hati dan pikiran, itu bukan dua
hal yang terpisah, tapi mereka itu saling berhubungan. Apa saja yang harus kita
lakukan setelah screening awal?
- Periksakan
 
Jika
hasil screening menunjukkan hasil
yang signifikan,. Maka perlu pegangan profesional untuk melatih executive function.
Misal
anak mengorganisir pekerjaan rumahnya, contoh dalam map hijau itu PR yang
dibawa ke rumah/belum dikerjakan, dan dalam map kuning untuk menyimpan PR yang
harus dibawa ke sekolah, sudah dikerjakan, dan harus dikumpukan ke guru. Dan
contoh lain sebagainya.
- Jadwal
     rutin – fleksibel
 
Anak
sangat butuh rutinitas, karena secara internal mereka belum ter-organisir
dengan baik, jadi kita bantu mereka meng-organisir secara external.
Tentunya
penentuan jadwal ini tidak sangat saklek ya, harus kondisional saja, lebih fleksibel
dibatas wajar. Supaya mood-nya bagus, mereka butuh jadwal, karena kalau jadwalnya
berantakan, itu akan mempengaruhi mood mereka
juga.
Kalau
mereka punya rutinitas tapi nggak tepat, secara external akan lebih ter-organisir
ketika kita membuat jadwal untuk mereka. Kita bantu organisir lingkungan
luarnya melalui adanya jadwal tersebut. Kalau yang masih usia kecil, jadwalnya
mungkin bisa dibedakan pagi dan malam. Tapi kalau sudah SMP-SMA, harus ada jadwal
sekolahnya, untuk jadwal rutinnya bisa dimulai setelah pulang sekolah/hari
libur. Jadwal rutin ini bisa membuat hal-hal/kegiatan terprediksi dengan baik,
otak jadi lebih aman terasanya (predictability
brings secure).
- Tempat
     
 
-         
Punya beberapa pilihan tempat di dalam
rumah
-         
Tergantung pada anak, bisa juga
dilakukan berdiri
-         
Seringkali jika di kamarnya, ia akan lebih
mudah menyerah.
Kita
kenali anak kita tipenya gimana, senang belajar di tempat baru atau di tempat
sepi. Tapi jika di dalam kamar, dia akan lebih mudah nyerah/rebahan. Kalau misalnya
di tempat yang lebih terbuka/ meja makan/ meja lipat di atas karpet di sudut
tertentu di rumah, itu tidak apa-apa. Tapi usahakan tempatnya tidak hanya satu.
Karena tempat yang berbeda-beda ini (3 misalnya), kita bisa lebih tahu dia
lebih okenya belajar di mana.
- Buat
     reminder yang bisa dilihat anak
 
-         
Jadikan informasinya bisa dilihat secara
visual, dengan post it, tanda stiker,
papan tulis, gambar, dll.
-         
Saat anak bisa melihat infomasinya
secara visual, ini akan sangat membantu working
memory-nya.
(bentuknya
bisa dalam gambar, seperti gambar langkah berwudu/gosok giri, ini untuk usia
kecil. Bisa juga bentuk kolom perbulan dan perhari bagi yang sudah SD kelas
akhir, SMP, dan SMA)
- Waktu
     istirahat
 
Untuk
menjaga mood anak, dan EF nya bisa
maksimal tentunya butuh waktu istirahat, terutama setelah mengerjakan hal yang
berat/penting. Membagi waktu istirahat saat tugasnya stressfull bagi anak, disesuaikan dengan usia anak kita. Break-nya tidak
terlalu lama, bisa 3-10 menit. Kalau kelebihan dari 10 menit, dia akan susah
untuk kembali ke tugas itu. Tapi kalau terlalu sebentar misal hanya 1 menit,
itu EF nya belum berfungsi membaik. 
- Bergerak
 
Untuk
membantu EF dia agar mood-nya tetap terjaga adalah dengan kebutuhan geraknya
harus terpenuhi. Kegiatan fisik yang rutin dapat membantu anak menguatkan kapasitas
EF nya (berdasarkan penelitian). Bergeraknya tapi rutin, bukan sesekali dalam beberapa
jam kemudian hari berikutnya tidak. Itu salah. Harus rutin meski hanya beberapa
menit perhari, tapi dilakukan setiap hari secara rutin.
1.     
Amat banyak penelitian mengatakan betapa
pentingnya latihan fisik, termasuk ‘booster’ untuk fungsi eksekutif.
2.     
Kegiatan fisik rutin membantu anak menguatkan
kapasitas EF
Di
era pandemi ini, kita harus juga memperhatikan screentime anak bareng gadget-nya. Harus dibatasi waktunya, karena
itu akan memengaruhi mood belajar
anak ke depannya kalau terlalu lama screentime
(menggunakan gadget).
Informasi
selengkapnya mengenai materi ini dan yang berkaitan dengan hal-hal di atas bisa
langsung kita tanyakan pada pemateri, melalui :
Email
: hello@rainbowcastleid.com
Website
: www.rainbowcastle.com
IG
: Klinik @rainbowcastleid 
Alhamdulillah….
Sekian
dulu rangkuman materi ke-4 ini. Untuk materi ke-2 belum dibagikan ke blog karena
belum selesai menyimaknya, hehe. Materinya masih berkenaan dengan HS. Sementara
materi ke-3 lebih banyak membahas praktik dalam membuat sesuatu (alat belajar
yang menyenangkan untuk anak), jadi sifatnya lebih banyak gambar dan bisa
dipraktikkan. Next time InsyaAllah
aku bagikan materi ke-5 dengan pemateri yang nggak kalah keren yaitu Ummu Balqis.
Semoga ada waktu untuk nulis resume-nya dan dikirim ke sini ya. Hihi. Semangat,
buibu pembelajar! []

