Dengarkan, 
seseorang mengetuk pintu dari jeruji hati yang digembok rapi.
Siapa ia?
Dua pasang kaki mungil yang berkeliaran di selasar kepala.
Sesekali merayap ke mata dan bergelayut menyedot mendung tak terkira.
Sudahkah kau memeluk ia?
Nyaris seutuhnya, namun terlepas sebagian.
Sisasisa waktu kuperbaiki dengan seksama
berharap kaki-kaki mungil kembali melebarkan sudut di bibirnya.
Tak ada yang siasia.
Hanya menunggu saat yang tepat untuk melepas sepersatu catatan penting di kepala. 
Termasuk sebagian cita yang tertunda untuk sementara.
[Bersabarlah. Akan ada waktunya.]
Juli, 2016.