Bersyukur sekali, tertanggal 28 maret 2016 pukul 3 pagi saya berhasil melahirkan seorang bayi lakilaki di Karawang dengan berat 3kg dan panjang 51cm. Alhamdulillah, saya merasakan kenikmatan yang luar biasa pasca melahirkan kali ini. Saya berhasil melahirkan normal tanpa jahitan.
Terdengar biasa mungkin bagi beberapa orang, but i'm so happy cos of it. Betapa tidak? Dengan melahirkan secara normal tanpa jahitan, cukup sehari-dua hari, tubuh kita bisa kembali bersinergi dengan lingkungan. I mean, kembali beraktifitas layaknya orang-orang yang tak habis melahirkan. 😊😊😊
Hari pertama pasca melahirkan, yang terbesit dalam kepala saya adalah kondisi syahla, my first kiddo. Saya khawatir dia belum menerima kehadiran makhluk mungil baru di dalam rumah. And then, terbukti, doi begitu rewel mengetahui induknya menggendong dan menyusui manusia lain di luar dirinya.
Oke, beralih topik. Pasca melahirkan, saya terserang penyakit aneh semacam stroke ringan. Padahal tensi darah saya normal. Well, dokter akupuntur bilang, saya terserang bel's palsy. Penyakit radang saraf di hanya sebagian wajah yakni sebelah kiri. Perlahan saya kesulitan membuka mulut dan mengunyah, lidah bagian kiri terasa mati rasa layaknya kaki kesemutan. 
Hari berikutnya mata sebelah kiri saya mulai redup dan fungsi kedipannya sangat melamban, sehingga tak simetris dengan aktifitas mata sebelah kanan. Di sini saya mulai pusing kalau berkedip, karena tak serentaknya kelopak mata ketika menutup.
Selanjutnya beralih ke hidung , pipi dan alis. Semua mulai berkurang fungsinya. Hidung hanya bisa diangkat sebelah kanan, sedang lubang kiri tetap diam. Seolah ototnya tak ikut tertarik. Alis pun demikian, tak bisa dinaik-turunkan seperti biasa. Kemudian bibir. Saya hanya bisa senyum sebelah yaitu menarik ujung bibir sebelah kanan, sedang yang kiri tetap diam. Di sinilah saya mulai merasa tak nyaman.
Pasca melahirkan, pasti banyak sanak saudara yang datang menjenguk. Karena itulah saya mulai panik. Bibir saya hanya bisa ditarik sebelah, sehingga terkesan angkuh ketika senyum dan menurut saya itu sangat tak sopan jika terlihat oleh orang-orang yang datang berkunjung. Saya seolah tak senang. Jadi saya putuskan untuk pergi berobat.
Pengobatan pertama, saya dan suami mencari tahu penyebab terjadinya bels palsy dari internet. Banyak kemungkinan yang membuat saya pasrah kalau-kalau penyakit ini akan tetap bersarang di wajah saya. Kepanikan menjalar ke keluarga di rumah maupun keluarga saya di Cirebon.
Akhirnya ibu mertua mengantar saya berobat ke dokter akupuntur yang memakan biaya hingga 300ribuan itu, pada sekali pengobatan. Dan dokter itu menyarankan saya melewati 5-10 kali pengobatan. Wewww!!! Kebayang mahalnya bukan main -,- Pasca akupuntur, saya belum mendapati perubahan secara signifikan dalam wajah. Semuanya tampak biasa-biasa saja. Barangkali butuh proses yang lama, sesuai yang dikatakan oleh dokter tersebut.
Malam harinya, beberapa kerabat suami menganjurkan saya pijat saraf. Kami pun diantar ke sebuah rumah pijat. Di sana ada seorang lelaki tua tapi masih tampak kuat dan bersemangat. Ia adalah abah R. Beliau memijat saya dari kepala sampai pundak. Bagian kepala dan wajah terasa diremas-remas dan terguncang heboh ketika dipijat. Saya merasa geli dan ingin tertawa ketika kepala saya seperti oleng ke sana ke mari menerima pijatan-pijatan fantastik dari si abah. Tapi itu semua terasa nikmat. Saya merasa lebih segar pasca pemijatan.
Sebelum beranjak pulang, abah R memberi saya tiga galon kecil berisi kangen water dan cairan yang disemprotkan. Katanya, saya harus minum sebanyak satu gelas tiap pagi, siang, sore dan malam. Lalu semprotkan cairan itu ke belakang telinga yang terasa ada sebuah benjolan kecil. Pijat-pijat bagian itu tiga jam sekali.
Baru sekali pemijatan ke abah R. Saya dan keluarga merasa puas dan yakin kalau penyakit ini bisa sembuh. Abah R sangat mahir memijat. Beliau sangat hafal tiap-tiap saraf yang terasa sakit di kepala saya. Beliau pijat dengan tenang sambil sesekali memberi ceramah tentang saraf-saraf dalam tubuh. Suami saya ada di sana ketika saya dipijat. Dia tak hentinya bertanya tentang proses pemijatan yang membuat abah R tambah bersemangat mengguncang isi kepala saya hingga segar kembali.
Yang saya yakini dari pemijatan itu adalah, abah R mampu menyebutkan penyebab penyebab terjadinya penyakit itu. Jadi, semua itu bersumber dari maagh yang sudah lama saya derita. Kemudian lari ke kepala, jadilah migran di kepala bagian kiri. Di sinilah saya sangat yakin. Saya memang mengalaminya selama masa kehamilan tua. Migran membuat saya susah tidur karena menahan rasa sakit yang tak kunjung reda. Berikutnya beliau menceritakan tentang kipas angin, ac, atau angin malam yang tak baik untuk tubuh. Semua itu bisa jadi penyebab penyakit yang baru kali pertama saya alami ini. Kalau menyoal angin, saya dan suami sudah mengetahuinya dari internet dan dokter akupuntur pun sudah menjelaskan detail tentang itu (persis seperti info yang saya dapat dari gugel).
Akhirnya saya pun kembali ke rumah dengan wajah sumringah. Seminggu kemudian setelah melakukan pemijatan rutin secara mandiri dan minum air yang dibeli dari rumah pijat itu, akhirnya sedikit demi sedikit bibir kiri saya bisa ditarik. Malam berikutnya saya kembali pijat ke abah R. Kali ini bagian pundak dan lengan sebelah kiri. Terasa tegang awalnya, namun lentur kembali setelah dipijat. Dan tangan kiri saya seolah tak ada beban.
Dua minggu berlalu dan seluruh indra bagian kiri wajah saya mulai pulih. Saya bisa mengangkat alis dengan serempak. Hidung pun terangkat dua-duanya. Bibir tertarik ke ujung masing-masing, sehingga saya bisa tersenyum normal kembali. Mata saya bisa berkedip dengan serempak, terutama ketika mandi, saya sudah tak perlu menutup mata sebelah kiri dengan tangan saya, karena sekarang kelopak mata saya sudah bisa menutup dengan sendirinya. Sempat resah karena ketika bels palsy, mata sebelah kiri tak bisa mengedip secara spontan ketika air mengalir dari ujung kepala saya (red:sewaktu mandi). Akibatnya mata saya menjadi perih dan merah tiap usai mandi karena kelopak mata tak berfungsi normal.
Itu sedikit cerita kondisi saya pasca melahirkan. Sebenarnya di sini sangat banyak yang ingin saya ceritakan, terutama menyoal anak-anak. Banyak yang ingin saya ceritakan tentang syahla dan adik barunya ketika terlahir ke dunia.
Betapa hebatnya seorang wanita dan mulianya ia ketika berjuang mempertahankan nyawa dalam perutnya, hingga si jabang bayi benar-benar terlahir ke dunia. Ini yang disebut surga ada di telapak kaki ibu. Memang benar, perjuangan seorang ibu tak dapat dibalas dengan bayaran uang. Hanya doadoa dan kebahagiaan yang perlu dilestarikan untuknya. Selalu ingin melihat ibu tersenyum tanpa beban, mendengar semua nasihat baiknya dengan seksama tanpa membantah, semuanya demi kebahagiaan ibu. ❤❤❤
Cerita seputar perjuangan seorang ibu ketika melahirkan dan "how to be a good mother of two" (yang berkaca dari pengalaman hidup saya), akan ditulis dalam catatan lain setelah ini. Tunggu saja ya. Segera meluncur! [] 😊😊😊