Senin 28 maret 2016 pukul 03.00 wib, di sebuah rumah bersalin milik seorang bidan desa yang kebetulan adalah tante dari suamiku ini ramai dikunjungi beberapa sanak saudara kami.
Yap! Saya berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang merupakan anak kedua kami. Di usia kakaknya yang belum genap 2 tahun, doi sudah dikaruniai adik bayi. Hah? Huhu. Begitulah kiranya Tuhan senang menitipkan amanah kepada saya dan suami. Uwow (positif thinking sajaaa).
Anak kedua saya ini merupakan bayi yang kami tunggu-tunggu karena alhamdulillah berjenis kelamin laki-laki. Sepasang dengan si sulung yang merupakan anak perempuan. So.. Sepertinya saya tidak akan hamil lagi dalam waktu dekat, karena sudah sepasang. Hihi. Cukup dululah. ^^
Baik, kembali ke cerita.
Dulu.. Ketika my first baby, Yahlamu Syahla Mikhaila terlahir ke dunia, doi tampak begitu bersih dan menggemaskan karena terlihat cabi. Sementara anak keduaku ini tampak begitu kebalikan dari yang pertama. 
Betapa tidak?
Hanan, my baby boy, berkulit hitam kemerahan (meski dulu syahla juga begitu, tapi seiring beberapa bulan, kulitnya mulai memutih). Kata orang-orang sih, kalau ketika bayi berkulit hitam kemerahan, nanti besarnya akan berkulit putih. Dan begitulah yang terjadi pada syahla.
Kalau hanan? Nggak tuh. Huhu :'(
Jadi ketika hanan lahir, dia nggak bersih. Kulitnya seperti melepuh atau you know kalau telapak tangan kita kelamaan nyuci atau berendam dalam air? Terlihat kan keriput-keriput gitu? Mudah sobek ya.. Karena tampak putih keriput-keriting seperti mie rebus yang kelamaan didiamkan (bahasa gaulnya "beukah").
Begitulah yang terjadi pada kulit hanan saat lahir. Kepalanya biang keringat, merah dan ada bintik-bintik berisi cairan bening yang kecil-kecil.
Tubuh hanan pun terlihat kurus, tapi dia lebih panjang dari kakaknya. Beda cuma 1 senti sih. Hihi.
Pada akhirnya saya berprediksi..
Apakah ini semua karena selama kehamilan hanan, saya jarang mengonsumsi air kelapa muda dan susu kedelai? 
Sewaktu hamil syahla, saya sangat rajin meminum kedua itu. Tapi saat hanan, tidak begitu sering. Bahkan sangat jarang ketemu dua minuman tersebut. Ckck.
Saya lebih sering minum kopi. Omaygaaat.. "Pantesan si hanan hideung jiga cai kopi." Hahaha.
Begitulah kira-kira.
Sampai seminggu hanan tak urungnya berganti kulit. Setiap habis mandi, kulitnya ikut luntur seperti sisik ular yang mulai pudar. Atau seperti daki keringat kita. Bedanya daki ini berwarna putih, warna kulit yang tergesek sobek.
Saya begitu kasihan melihat kondisi hanan. Apalagi ditambah biang keringat yang mulai merajah ke sekujur tubuhnya. Benar-benar aneh! Kenapa dengan anak keduaku ini? Kok bedaaa... ~~~~
Selama kurang lebih tiga hari kami tinggal di rumah saudara kami yang merupakan bidan itu. Kebetulan letaknya yang di desa, sangat memudahkan kami untuk bertemu hal-hal tahayul di luar logika.
Kenapa?
Yaa... Beberapa saudara menduga, bayi kami dirasuki roh nenek keluarga di sana. Makanya bayinya nangis terus. Kemerahan badannya dan ganti kulit.
(OMG.. Bayiku cuma kurang minum asi, jadi dia nangis terus dan badannya mulai panas).
Gimana nggak kurang asi? Wong pas lahir nggak dibiarkan nyusu lama denganku.. :'(
Malah disuruhnya minum susu formula (katanya dulu juga mereka gitu, pas pertama bayi lahir biar nggak dehidrasi ditambah susu formula).
Laah.. Saya pernah ngelahirin syahla atulah.. Ada pengalaman setidaknya, minimal pun itu.
Saya yang stres menghadapi pro-kontra pendapat orang-orang di sana, juga mengakibatkan nggak lancarnya asi yang keluar. Yapyap, menjadi busui itu harus relaks.. supaya asinya deras, nggak tersumbat karena stres pikiran :(
Apalagi saya dan suami sampai lupa kalau harus mengompres PD dengan washlap yang sudah direndam air hangat (supaya asi mengalir keluar). Kenapa sampai lupa dengan proses itu ya? Apalagi di sana tidak ada yang mengingatkan, bidan pun tidak.. :'(
Padahal Asi juga akan keluar kalau sering disusui ke bayi loh. Kalau bayinya minum sufor, jarang nyusu, nggak ada yang merangsang si asi untuk keluar dong. Huhu *so sad jadinya melihat kenyataan seperti ini*
Untungnya ada sepupu suami yang juga berprofesi sebagai bidan. Kali ini sarannya sesuai dengan apa yang dilakukan bidanku dulu sewaktu melahirkan syahla. Masuk akal dan lebih kekinian (nggak tahayul atau pamali-pamalian lagi, yang bikin kepala jadi stres) hehe.
Begitulah peliknya melahirkan di sana. Tapi sebenarnya ada senangnya juga sih. Berkat melahirkan di sana, persalinan saya total tanpa jahitan, alias normal dan lancar. Beda dengan sewaktu melahirkn syahla yang penuh perjuangan menahan sakit jahitan. Syukurlah masih ada sisi baiknya ya. Terima kasih keluargaku... :')
Akhirnya sepulang kami ke rumah mertua yang letaknya di kota, saya dan suami tak urung mencari di gugel tentang keanehan kulit hanan ini.
Ternyata banyak juga bayi yang mengalami hal serupa. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan bahwa bayi dengan kondisi demikian sepatutnya tidak mandi dengan sabun, barangkali sensitif timbul dari sabunnya. Kemudian ada juga yang berpendapat, karena cuaca yang ekstrim. Ada juga yang menyarankan dioles pakai minyak lentik yang terbuat dari kelapa, baiknya buat sendiri. Pada pengobatan tradisional ini, gunakan minyak lentik sehabis mandi, dibalur dan oles-oles, sedikit gosok-gosok untuk mempermudah melepas kulit-kulit yang berganti.
Berhasil tidak?
Berhasil sih, ganti kulitnya mulai agak hilang. Tapi.... Malah jadi bintik-bintik merah. Ya ampun.. *tepok jidat lagi*
Pasti karena kulit hanan sensitif. Saya baca lagi di gugel, jangan pakai baby oil untuk kulit semacam ini. Saya nggak pake kok~ berarti ini murni karena minyak lentik yang nambah deretan bintik-bintik merah hanan.
Akhirnya seminggu pun berlalu bertepatan dengan aqikah Hanan Khoury Malouf dan sunnah mencukur rambut setelah 7 hari bayi terlahir plus tali pusarnya lepas sempurna.
Di waktu bersamaan dengan saya yang terserang penyakit belspalsy ->> baca selengkapnya di PASCA MELAHIRKAN 
Saya juga disibukkan dengan urusan penyembuhan kulit hanan. 
Akhirnya si suami kembali searching ke mbah gugel. Didapati beberapa nama salep untuk penyakit kulit serupa hanan.
Kalau syahla termasuk bayi Mefurosan yang merupakan salep rekomendasi dari kakak ipar saya di Cicalengka Bandung , lain dengan hanan yang menemukan salep kulit baru! Yap, Salep Betason-N. Akhirnya dibelilah salep tersebut.
Selama beberapa hari menggunakan salep itu, alhamdulillah.. Kulit hanan bersih dari ganti kulit maupun bintik-bintik merah berisi cairan bening. Yeay! Alhamdulillah.... 😘😘😘😘
Sebetulnya kalau ganti kulit sih memang wajar terjadi pada bayi yang baru lahir. Lama kelamaan juga akan hilang dengan sendirinya. Hanya bagaimana kita sebagai orangtua mesti tekun dan sabar dalam menyikapi serta berhati-hati pada tiap proses pelepasan kulit lama menjadi kulit mulus yang baru itu.
Anw, thanks yaa mbah gugel! Kamu sangat membantu. Hihi.
Tapi saya tidak menyarankan anda semua yang mengalami hal serupa dengan anak saya untuk mengikuti langkah-langkah kami di atas ya!
Baiknya kalau tidak mau ambil resiko yang sangat rentan, periksakan saja dulu ke dokter.
Kalau saya dan suami sih mengikuti aliran tradisional dulu, setelahnya searching ke gugel. Kalau tidak didapati kesembuhan yang total, barulah jalan terakhirnya adalah DOKTER.
Kebetulan juga selama ini penyakit-penyakit yang hinggapnya merupakan penyakit ringan (tapi cukup membandel sih) hehe. Kalau sudah masuk penyakit kronis, saya nggak berani ambil bagian ini lagi. Buru-buru kita bawa ke tangan ahli saja. Betul? :D
Baiklah, sekian sharing pengalamannya ya! Semoga kulit kita tetap sehat meski cuaca Indonesia makin semrawut. :'(
Salam hangat!
• mother of two •