Minggu, 17 April 2022

PUISIKU DIMUAT LAGI? TUMBEN!


Pikiran Rakyat, 10 April 2021.

Kembali menulis puisi, mengirim puisi ke redaktur Pikiran Rakyat. Gak berharap bakal dimuat, karena sudah lama sekali gak membaca buku puisi. Awalnya mau mengirim ke Redaktur langgananku, Eyang Sutardji di Indopos Jakarta. Tp konon aku gak nemu Indopos masih terbit atau nggak. Jadi iseng banget nih kirim ke Pikiran Rakyat. Eh ternyata, pagipagi dapat notifikasi di FB, IG, dan dapat chat dari redaktur PR nya langsung. Wuih. Bisa geuning? Hamdalah!
Jadi semangat kan ya! Terhitung udah 1 tahun yang lalu, btw. 

Mari nulis lagi. Kumpulin aja dulu, kirimnya nanti kalau udah greget, resah, dan gelisah :)

Jumat, 17 Juli 2020

MEMPERSIAPKAN MOOD ANAK AGAR ANAK SIAP BELAJAR

RANGKUMAN MATERI KE-EMPAT

KELAS SIAP MENDIDIK

@BENGKEL_DIRI

Pemateri Ibu Devi Sani

 

Deskripsi :

Dia memandang orangtua atau gurunya itu, dia merasa ada kecemasan dalam diri dia terkait hal-hal yang berhubungan dengan belajar. Dia memandang orang-orang yang menyuruhnya belajar itu sebagai orang-orang yang agresif (digambarkan olehnya orang-orang dengan kuku yang tajam, matanya nyalang, dll, bisa dilihat dari gambarnya).

 

Terkait dengan menjaga atau mempersiapkan mood anak saat belajar, kita harus memahami bahwa mood itu sangat dipengaruhi dengan perasaan (FEELING) anak terhadap orang-orang  di sekelilingnya, juga dipengaruhi oleh otak (BRAIN).

Saat otak sudah kewalahan/stress, otak itu akan berubah ke mode “fight, flight, freeze”,  otak ini tiba2 jadi nggak siap untuk belajar.  Contohnya kita bisa masuk ke mode ini saat “dikejar anjing”, kita nggak bisa mikir, tiba-tiba lari gitu aja. Sehingga ini juga yang dirasakan oleh otak, Walaupun nggak nyata, otak anak kita nggak langsung menyatakan bahwa ada bahaya di depan dia, tapi ketika otak dia merasa terancam/stress, otak anak kita secara otomatis akan berubah jadi mode 3F itu. Maka, sangatlah penting untuk kita tahu kapan anak kita butuh waktu untuk BREAK.

Yang perlu dipahami adalah, kecemasan itu sangat bisa memicu mode anak jadi 3F di atas. Walaupun misalnya kita teriak ke anak kita, dan teriakan kita itu dipersepsikan sebagai DANGER, seketika otak anak kita langsung ubah jadi mode “shut down”, dia nggak mau belajar, malah ready-nya utk survive (nggak siap belajar), mood-nya jadi berantakan, atau otak dia jadi ngebleng saat ditanya. Apalagi ketika kita bertanya dengan nada membentak yang otomatis akan menyalakaan system danger di otak dia, hingga memberikan kecemasan pada dirinya.

 

Apa yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan mood anak agar mau menjalani proses belajar?

  1. RELATIONSHIP

Hubungan yang kita jalin dengan anak kita. Kalau hubunganya baik, maka anak akan lebih mudah kita arahkan dan pengaruhi.

Hubungan yang kita jalin dengan anak mempengaruhi bagaimana kemampuan mereka me-manage stress. Kalau hubungan kita secara hati (emosional) baik, maka kemampuan mereka me-manage stress itu akan baik juga. Tapi ketika hubungan kita dengan anak itu jelek, kemampuan mereka me-manage stress-nya akan sangat tipis (sumbu pendek). Kalau disuruh belajar gampang stress dan gampang marah-marah.

Jika kita mau menjalani hubungan yang baik dengan anak, kita bisa memulainya sejak ia lahir hingga 3 tahun di usia utamanya.

Ketika misalnya kondisi dia sangat stress dari lahir sampai usia 3th, ini akan mendapat dampak yang sangat besar pada anak kita. Bayangkan saja, kalau di awal kehidupan mereka sudah disuguhi dengan stress (berlebihan) itu akan berpengaruh ke kehidupan dia nantinya. Berbeda dengan ketika anak baru merasakan stress yang berat ketika usia 20-an ke atas.

Yang perlu kita ingat adalah memenuhi kebutuhan bayi sejak dia masih bayi, atau kebutuhan anak untuk perawatan, kasih sayang, dan protection (nurture & protection). Pengalaman dia diberi rasa aman dan dirawat oleh orang terdekatnya ini akan merespon otak anak untuk memberikan sinyal-sinyal yang menyenangkan. Inilah yang menstimulasi otak, justru interaksi kita yang menyenangkan itulah yang bisa menstimulasi otaknya, bukan program-program belajar yang aduhai mahalnya itu.

 

Gambaran siklusnya begini,

    Relationship – Hubungan dengan orangtua lebih sering dipersepsikan positif oleh anak – anak/bayi membangun rasa secure secara emosional dengan orangtua mereka – rasa secure inilah yang membantu mereka ‘melepaskan’ stress dalam intensitas besar atau pun kecil – saat stress sudah terlepaskan atau teregulasi, anak siap BELAJAR DAN BEREKSPLORASI.

    Artinya, hubungan kita dengan anak kitalah yang akan menstimulasi otak anak kita, ini berdasarkan penelitian. Kalau anak kita seringnya mempersepsikan hubungan yang positif (kita sebagai orangtua dan mereka sebagai anak banyak hal-hal positif yang dirasakan), maka anak akan termotivasi untuk mengeksplor informasi di sekeliling dia. Pengalamamn tersebut diulang-ulang setiap harinya, dan akan menciptakan secure pada dia (kayak menabung pelan-pelan dan menjadi gunung kebaikan).

 

Lantas bagaimana pandangan Islam?

APAKAH ALQURAN MEMBAHAS INI?

ALBAQARAH 233 – HUBUNGAN DENGAN IBU,

 

Dalam ayat ini membahas juga hubungan dengan ayah, hanya saja yang akan lebih ditekankan adalah hubungan dengan Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak.

Bahwa kekuatan hubungan emosional itu akan mempengaruhi kesuksesan dan keberhasilan anak dalam belajar, di awal kehidupannya, hubungan kitalah yang akan mempengaruhi otak (brain) dia.

Dalam surat al-baqarah ayat 233, para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2th penuh, bagi yang nggak mampu, tak mengapa tentunya, hanya saja hal ini sudah dibahas dalam ayat Al-quran.

Yang mau ditekankan di sini adalah lama waktunya, yaitu 2th. Kenapa sih ALLAH menyebutnya 2th? Kenapa nggak 1th atau 6 bulan aja? Kenapa harus memilih 2th?

Karena kalau dalam ilmu psikologi, ternyata di usia 2th itulah akhir dari pembentukan attachment (kelekatan) emosional kita dengan anak. Di dua tahun tersebut kita sebagai orangtua harus benar-benar menjalin kedekatan, kelekatan dengan anak, nggak apa-apa kalau mau nyusuin atau nggak, yang penting deket aja dulu dengan anak kita itu.

Di dua tahun awal inilah kita mesti membentuk hubungan yang baik (persepsi positif) karena penting sekali terkait brain anak kita ini.

Kalau saat masih usia bayi dia sudah mengalami stress dengan intensitas tinggi, itu akan memberikan dampak besar ke otak. Sebaliknya kalau di 3th pertama brain-nya diberikan relationship yang positif, akan berdampak bagus sekali. Dan Allah menyebutkannya 2th, itu penting sekali untuk menghabiskan waktu “fulltime” dengan anak kita dibanding kita bersibuk diri di luar (tidak membersamai mereka di usia tersebut).



Ada dua jenis otak; gambar satu yang normal, dan satunya lagi neglect (benar2 nggak dipedulikan); antara yang diberikan cinta dan tidak diberikan cinta. Begitulah kira-kira gambaran kondisi otaknya.

 



  1. EXECUTIVE FUNCTION

EF ini sangat berhubungan dengan brain dia. Kalau brain dia bagus, proses belajarnya pun akan bagus. Nah, berikut ini adalah THE EIGHT EXECUTIVE FUNCTION SKILLS.

  1. Impulse control (think before acting)

Kemampuan anak untuk mengontrol impulse-nya,

  1. Emotional control (keep feelings in check)

Kemampuan anak untuk mengontrol emosinya

  1. Flexible thinking (adjust to the unexpected)

Supaya anak bisa flexible thinking

  1. Working memory (keep key information in mind)

Kemampuan anak untuk mengingat sesuatu/informasi

  1. Self monitoring (evaluate how they are doing)

Kemampuan anak untuk me-monitoring (ini cukup nggak ya waktunya?, dll)

  1. Planning & prioritizing (decide on a goal and a plan to meet it)

Kemampuan anak untuk merencanakan / memprioritaskan (PR mana dulu nih yang mau dikerjain?, dll)

  1. Task invitation (take action and get started)

Kemampuan untuk memulai suatu tugas (tidak menunda-nunda tugas).

  1. Organization (keep track of things physically & mentally)

Terkait dengan pengorganisasian (gimana anak bisa nyusun tasnya, mana PR yang harus dikumpulkan ke sekolah, mana buku IPA-nya, buku MTK di mana, kaos kaki disimpan di mana, dll)

 

Tanda awal adanya masalah di atas :

Untuk menentukan apakah anak kita ada masalah executive function atau tidak, berikut hal-hal yang bisa kita perhatikan di awal.

Usia pra sekolah – kelas 2 :

  1. Mudah frustasi (kalaupun frustasi, dia nggak minta bantuan, ‘rungsing’ sendiri)
  2. Sulit ikut arahan
  3. Mudah tantrum pada hal kecil
  4. Memaksa melakukan sesuatu sesuai caranya
  5. Menjawab pertanyaan secara tidak jelas (atau nggak nyambung)

Usia kelas 3 SD – 1 SMP

  1. Mulai mengerjakan tugas, ter-distrak, lalu tidak pernah selesai
  2. Seringkali tugas sekolahnya tertinggal
  3. Tas dan mejanya berantakan
  4. Fokus pada poin pembicaraan yang padahal tidak penting

Jika membutuhkan screening awal. Silakan copy paste link berikut :

https://www.additudemag.com/quiz/executive-function-disorder-symptom-test-for-children/

Setelah screening, apa sih yang kemudian bisa kita lakukan, karena kalau EF nya ini bisa terbantu, maka mood dalam belajar anak akan enak, lebih mudah diajak kooperatif. Yang perlu kita ingat bahwa antara emosi dan otak, hati dan pikiran, itu bukan dua hal yang terpisah, tapi mereka itu saling berhubungan. Apa saja yang harus kita lakukan setelah screening awal?

  1. Periksakan

Jika hasil screening menunjukkan hasil yang signifikan,. Maka perlu pegangan profesional untuk melatih executive function.

Misal anak mengorganisir pekerjaan rumahnya, contoh dalam map hijau itu PR yang dibawa ke rumah/belum dikerjakan, dan dalam map kuning untuk menyimpan PR yang harus dibawa ke sekolah, sudah dikerjakan, dan harus dikumpukan ke guru. Dan contoh lain sebagainya.

  1. Jadwal rutin – fleksibel

Anak sangat butuh rutinitas, karena secara internal mereka belum ter-organisir dengan baik, jadi kita bantu mereka meng-organisir secara external.

Tentunya penentuan jadwal ini tidak sangat saklek ya, harus kondisional saja, lebih fleksibel dibatas wajar. Supaya mood-nya bagus, mereka butuh jadwal, karena kalau jadwalnya berantakan, itu akan mempengaruhi mood mereka juga.

Kalau mereka punya rutinitas tapi nggak tepat, secara external akan lebih ter-organisir ketika kita membuat jadwal untuk mereka. Kita bantu organisir lingkungan luarnya melalui adanya jadwal tersebut. Kalau yang masih usia kecil, jadwalnya mungkin bisa dibedakan pagi dan malam. Tapi kalau sudah SMP-SMA, harus ada jadwal sekolahnya, untuk jadwal rutinnya bisa dimulai setelah pulang sekolah/hari libur. Jadwal rutin ini bisa membuat hal-hal/kegiatan terprediksi dengan baik, otak jadi lebih aman terasanya (predictability brings secure).

  1. Tempat

-          Punya beberapa pilihan tempat di dalam rumah

-          Tergantung pada anak, bisa juga dilakukan berdiri

-          Seringkali jika di kamarnya, ia akan lebih mudah menyerah.

Kita kenali anak kita tipenya gimana, senang belajar di tempat baru atau di tempat sepi. Tapi jika di dalam kamar, dia akan lebih mudah nyerah/rebahan. Kalau misalnya di tempat yang lebih terbuka/ meja makan/ meja lipat di atas karpet di sudut tertentu di rumah, itu tidak apa-apa. Tapi usahakan tempatnya tidak hanya satu. Karena tempat yang berbeda-beda ini (3 misalnya), kita bisa lebih tahu dia lebih okenya belajar di mana.

  1. Buat reminder yang bisa dilihat anak

-          Jadikan informasinya bisa dilihat secara visual, dengan post it, tanda stiker, papan tulis, gambar, dll.

-          Saat anak bisa melihat infomasinya secara visual, ini akan sangat membantu working memory-nya.

(bentuknya bisa dalam gambar, seperti gambar langkah berwudu/gosok giri, ini untuk usia kecil. Bisa juga bentuk kolom perbulan dan perhari bagi yang sudah SD kelas akhir, SMP, dan SMA)

  1. Waktu istirahat

Untuk menjaga mood anak, dan EF nya bisa maksimal tentunya butuh waktu istirahat, terutama setelah mengerjakan hal yang berat/penting. Membagi waktu istirahat saat tugasnya stressfull bagi anak, disesuaikan dengan usia anak kita. Break-nya tidak terlalu lama, bisa 3-10 menit. Kalau kelebihan dari 10 menit, dia akan susah untuk kembali ke tugas itu. Tapi kalau terlalu sebentar misal hanya 1 menit, itu EF nya belum berfungsi membaik.

  1. Bergerak

Untuk membantu EF dia agar mood-nya tetap terjaga adalah dengan kebutuhan geraknya harus terpenuhi. Kegiatan fisik yang rutin dapat membantu anak menguatkan kapasitas EF nya (berdasarkan penelitian). Bergeraknya tapi rutin, bukan sesekali dalam beberapa jam kemudian hari berikutnya tidak. Itu salah. Harus rutin meski hanya beberapa menit perhari, tapi dilakukan setiap hari secara rutin.

1.      Amat banyak penelitian mengatakan betapa pentingnya latihan fisik, termasuk ‘booster’ untuk fungsi eksekutif.

2.      Kegiatan fisik rutin membantu anak menguatkan kapasitas EF

Di era pandemi ini, kita harus juga memperhatikan screentime anak bareng gadget-nya. Harus dibatasi waktunya, karena itu akan memengaruhi mood belajar anak ke depannya kalau terlalu lama screentime (menggunakan gadget).

 

Informasi selengkapnya mengenai materi ini dan yang berkaitan dengan hal-hal di atas bisa langsung kita tanyakan pada pemateri, melalui :

Email : hello@rainbowcastleid.com

Website : www.rainbowcastle.com

IG : Klinik @rainbowcastleid

Alhamdulillah….

Sekian dulu rangkuman materi ke-4 ini. Untuk materi ke-2 belum dibagikan ke blog karena belum selesai menyimaknya, hehe. Materinya masih berkenaan dengan HS. Sementara materi ke-3 lebih banyak membahas praktik dalam membuat sesuatu (alat belajar yang menyenangkan untuk anak), jadi sifatnya lebih banyak gambar dan bisa dipraktikkan. Next time InsyaAllah aku bagikan materi ke-5 dengan pemateri yang nggak kalah keren yaitu Ummu Balqis. Semoga ada waktu untuk nulis resume-nya dan dikirim ke sini ya. Hihi. Semangat, buibu pembelajar! []


Rabu, 08 Juli 2020

PENGENALAN HOME SCHOOLING

 

MATERI KELAS SIAP MENDIDIK (BENGKEL DIRI)

PENGENALAN HOME SCHOOLING

Pemateri : Teh Karina Hakman

(resume materi oleh Intan Pertiwi)

 

BENTUK HOME SCHOOLING

dipengaruhi oleh :

  1. Kebutuhan pokok

Dalam kondisi lapang ataupun sempit, kebutuhan pokok harus dimasukkan dalam HS kita.

misalnya

a.       Aqidah – dalam perjalanannya  harus memasukkan nilai-nilai Tauhid

b.      Ibadah – pengajaran-pengajaran materi yangg disesuaikan dengan kebutuhan ibadah anak

c.       Akhlak – ada adab yang harus sedikit demi sedikit kita sampaikan, tidak bertentangan dengan nilai islamiyah baik akhlak kepada Allah maupun akhlak kepada muslim lainnya

d.      Jasadiyah – terkait kekuatan fisik dan kekuatan tubuh (tidak bisa bikin kelas HS yang hanya duduk di tempat dari pagi sampai sore, harus bergerak)

e.       Tsaqafah – harus ada Tsaqafah2 Islamiyah yang harus dimasukkan minimal ke dalam kurikulum.

  1. Keinginan

a.       Harapan orang tua (karena ortu sebagai kepsek/nahkoda kapal besar) mau dibawa ke mana pendidikan anak kita. Walaupun nanti kita memanggil guru HS, tetap kita ortu yang memegang pucuk kepemimpinan (kepsek).  Apa yang menjadi harapan kita, kita turunkan melalui pengajaran-pengajaran pada anak kita di rumah. (ini kelebihan HS).

-          Merumuskan apa yang menjadi harapan kita sbg ortu agar jelas diarahkan ke mana anak-anak kita, jangan ikut-ikutan trendi saja.

-          Bukan hanya harapan ortu yang jadi pertimbangan, tapi juga harapan anak.

Seiring dengan anak-anak bertumbuh besar, dia punya bakat dan minat. Bentuk-bentuk HS juga harus disesuaikan dgn harapan anak2. Ketika anak2 belum bisa menyampaikan, kita lihat anak kita senang di bidang apa dan senang menggunakan metode belajar yang bagaimana. Antara harapan anak, minat, bakat, harapannya akan bisa terakomodasi di HS ini.

HS hadir untuk mengakomodasi hal-hal yang spesiifk dan unik, berdasarkan keunikan masing-masing.

b.      Ekonomi keluarga

Tiap keluarga kondisi ekonominya berbeda, jadi HS ini disesuaikan dgn kemampuan ekonomi keluarganya. Dan ini juga untuk memecah paradigma bahwa HS itu mahal. Anggarannya selalu berbeda sesuai dengan fase kehidupan kita.

c.       Komitmen waktu

Harus disesuiakan dengan waktu ortu (suami istri)

d.      Support system

-          Keluarga yang membantu, misal HS untuk sang adik, maka dibantu oleh kakak-kakaknya agar termotivasi, oleh bibinya, dan saudara-saudara lainnya.

-          Suami – sejauh mana suami kita mau mendukung. Dukungannya bisa all out, parsial, atau sekadar pemberian dana, dll.

-          Mertua dan orangtua kita juga

-          ART juga bagian dari support system kita

-          Semuanya menjadi satu kesatuan untuk membentuk energi positif pembentukan HS.

 

KURIKULUM KELUARGA

  1. Mempelajari tahapan perkembangan anak dari berbagai sumber

-          Bentuk kurikulum itu fleksibel, menyesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.

-          Agar kita tidak terkotakkan dari pendapat orang, kita juga harus mencari dari berbagai sumber agar kita kaya akan referensi untuk membentuk kurikulum tersebut.

-          Buku-buku tahapan perkembanagan anak (psikologi), Tahapan perkembangan anak dalam islam, dan buku2 sekaitan dengan itu.

  1. Mengenali anak dalam tahapan

-          Kedekatan emosi dan interaksi ortu dan anak menjadi salahsatu hal yang sangat penting. Kuncinya TRIAL AND LEARN (MENCOBA DAN BELAJAR).

-          HS menjadi sulit ketika kita gak kenal gimana anak kita.

  1. Mempelajari gaya belajar anak

-          Ini melalui proses, gak langsung jadi.

-          Menyesuaikan dengan usia anak.

-          Golden moment hanya bisa kita dapatkan ketika kita benar-benar memperhatikan apa sih maunya si anak, mengenali keseharian sang anak, kapan waktu dia bisa duduk dengan konsentrasi yang tinggi, dll..

-          Gaya belajar anak dan waktu efektif belajar anak

  1. Jadwal

-          Misal, datang waktu solat, kita harus solat dulu, konsep tauhid dan akhlak kepada Allah harus masuk di sana.

-          Misal, optimalkan waktu membersamai anak dari waktu subuh sampai siang bada dzuhur. Sisanya ba’da dzuhur sampai sore, anak-anak main dengan sesukanya, kita tetap memperhatikan namun tidak memberikan arahan penekanan belajar (di sini waktu kosong ortu untuk digunakan dalam mengerjakan hal/kegiatan lainnya, misal mendengar kajian ilmu, membaca buku, dll). Ba’da maghrib sampai sebelum tidur boleh dilanjut pemberian materi dengan metode mengobrol santai.

  1. Sumber dan penyusunan materi

-          Memilih orang lain jika kita tidak mumpuni tentang sebuah materi, misal materi tafsir quran, tahsin, dll, kita bisa cari guru yang lebih mumpuni untuk anak kita.

-          Waktu untuk penyusunana materinya disesuaikan saja, ada yang tipenya pekanan misalnya. Ada yang harian, bulanan, dll.

-          Pastikan ketika menyusun materi, harus memperhatikan apa yang mau ditekankan di bulan itu, misal bulan ini focus pada ibadah anak-anak, pengenalan Tauhid, dll. Tapi untuk evaluasinya bisa pekanan. Apa yang kurang dan apa yang harus diperbaiki.

Terkait kurikulum, misal contohnya, home schooler, Ummu Aiman, beliau punya kurikulum yang menyesuaikan dengan kurikulum di Australia. Hal itu kita kembalikan lagi dengan kondisi keluarga masing-masing. Atau ada juga Teh Patra, beliau patokannya lebih ke durasi (jadwal khusus), misal kurikulum pekanan, dalam sepekan olahraga harus sekian jam, hafalan berapa lama, dll.

 

METODE

  1. Talaqqi

-          Bisa dipakai untuk hafalan, ketika anak-anak belum bisa baca alquran

-          Kita membacakan sesuatu kemudian anak mengikuti (mendengarkan murrotal), untuk mempelajari makhraj yang benar setiap hurufnya.

-          Persurat boleh, perjuz boleh

  1. Metode ngobrol/diskusi

-          Salahsatu cara santai untuk kita kemudian memasukkan suatu nilai / ilmu pengetahuan tanpa sadar tapi lebih masuk (masuknya ke alam bawah sadar sang anak)

-          Misalnya tentang pengenanlan ALLAH Swt yang menciptakan, dll. Ngobrol yang berulang-ulang.

  1. Bermain

Konsep bahwa muslim itu memang diminta atau diperintahkan untuk bergerak, tidak duduk intensif dari pagi sampai sore. HS justru salahsatu sarana untuk anak-anak mengeksplor gerak tubuhnya. Skill mendasar seperti berlari, olahraga ketangkasan dan kekuatan tubuh lainnya seperti berenang, memanah, bela diri, dll.

Kita para home schooler harus mampu mempertimbangkan waktu bermain itu menjadi penting. Anak-anak yang kebutuhan bermainnya tercukupi, akan mudah masuk ke dalam materi yang lebih dalam. Artinya banyak proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara bermain. Mengenalkannya melalui permainan, agar anak menjadi senang.

Dari bermain itu tercipta hasrat untuk belajar. Awalnya bermain bebas, kemudian mereka akan lebih terbantu untuk belajar dan duduk fokus. Karena hasrat keingintahuannya besar. Memahami proses belajar yang dia gak harus langsung bisa, tapi ada proses memahami belajar yang harus diulang-ulang agar bisa.

  1. Story telling (baca buku/tanpa baca)

Bagi yang bisa memfasilitasi buku, bisa disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga. Yang terpenting adalah bagaimana kemudian materi yang ingin kita sampaikan itu akan tersampaikan dengan baik ke anak. Bisa juga kita cari materi melalui website2 terpercaya, ibunya yang belajar, kemudian disampaikan ke anak-anak. Bisa bukunya dicicil untuk kebutuhan satubulan ke depan / satu tahun ke depan. Memanfaatkan buku-buku preorder juga yang harganya jauh di bawah harga normal. Nanti lama kelamaan ada juga anak-anak yang akan bisa belajar secara otodidak. (misal sang anak sudah bisa membaca sendiri, ia akan terbiasa dengan membaca buku yang kita fasilitasi).

  1. Pemaparan/penjelasan

Ibunya yang mencari tahu materi kemudian dijelaskan ke anak-anak, dll.

  1. Studi kasus

Misal ada kejadian gerhana matahari, jelaskan berdasarkan kejadian dan prosesnya.

  1. Percobaan

Bisa banyak kita dapatkan dari berbagai sumber seperti buku-buku, tayangan youtube, dll, yang membahas tentang percobaan/uji coba/reaksi.

  1.  Rihlah/jalan-jalan.

-          Metode ini sangat efektif karena kita mengenalkan misalnya pengetahuan tentang keberadaan Allah dengan mengajak anak-anak kita rihlah ke kebun binatang, mengonfirmasi bahwa hewan-hewan di sana semuanya adalah ciptaan Allah Swt.

-          Dengan rihlah/jalan-jalan, anak-anak akan mengenal lebih dalam kondisi masyarakat (ada yang miskin, kaya). Ketika dia rihlah dia punya wawasan tentang kondisi yang nyata karena melihat secara langsung. Misal dengan naik angkot, ke yayasan yatim piatu, melihat polisi dan dokter, dll.

  1. Praktik keseharian & 10. Keteladan

-          Penting ketika kita mau membangun prinsip-prinsip kebutuhan pokok dalam Islam. Hal ini harus ditunjukan oleh keseharian keluarga. Misal ketika adzan semua aktivitas keluarga harus berhenti, dan langsung beribadah. Menciptakan kepercayaan terhadap Illahnya. Dari praktik keseharian dan keteladan, banyak anak-anak pelajari dari kita sehari-hari, tanpa pemaparan panjang lebar, anak-anak akan otomatis meniru. Misal ucapan maaf, permisi, tolong, terimakasih, dll.

-          Misal kebersihan; mau dia dibacakan buku tentang kebersihan sebanyak apapun, tapi kalau pada praktik kesehariannya orangtua tidak mencontohkan keteladan kebersihan, itu akan percuma, semua materi yang disampaikan belum tentu akan masuk pada diri sang anak jika pada praktiknya orangtua tidak ikut andil memberikan contoh tentang menjaga kebersihan itu. Harus ada praktik keteladanan di rumah tentang kebersihan yang dilakukan oleh orangtua dan keluarga.

 

DENGAN BERBAGAI KAPASITAS BIAYA

1.      Pengajar

-          Kesesuaian nilai yang kita harapkan (misal mencarikan guru Quran yang sesuai dan mumpuni)

-          Kesesuaian metode (metode yang sesuai dengan kondisi anak-anak kita)

Misal belajar baca oleh ibunya, belajar olahraga dengan ayahnya, dll.

-          Pembekalan materi (banyak baca buku / belajar lagi, dan ikuti pelatihan2 guna mendalami materi agar ter-upgrade dengan metode terkini untuk anak-anak kita)

2.      Bahan

-          Mandiri (disiapkan/membuat sendiri)

-          External (bisa diambil dari produk/bahan pembelajaran yang dijual di pasaran/ bisa juga mencontoh dari pemateri home schooler yang biasa sharing tentang HS nya)

3.      Jadwal

-          Waktu shalat (harus diutamakan kewajiban dalam beribadah sholat)

-          Kebutuhan orangtua (disesuaikan dengan kebutuhan ortu untuk anaknya apa saja sih, misal satu hari minimal anak hafal 2 ayat quran atau 2 hadist, maka durasi pembelajaran dalam jadwal yang dibuat harus disesuaikan dengan itu).

-          Jadwal yang dibuat harus disesuaikan juga dengan materi/metode/pengajar/anak

 

SOSIALISASI ANAK HOME SCHOOLING

-          Tujuan Sosialisasi

-          Objek Sosialisasi

-          Adab Sosialisasi

 

LEGALISASI IJAZAH

Ijazah HS bisa didapatkan dari :

-          Sekolah induk

-          Ujian persamaan

-          Portofolio

-          Ujian Internasional

-          Sertifikat HS Formal

 

“THERE IS NO ONE BEST WAY OF PARENTING AND TEACHING. EACH CHILD IS UNIQUE, LIKEWISE FOR EACH FAMILY.”

“Tidak ada satu cara terbaik yang baku untuk semua anak dalam parenting maupun pengajaran, karena setiap anak itu unik, dan setiap keluarga itu unik. Sehingga kita tidak perlu menyamakan standar anak kita dengan standar orang lain.”

 

Alhamdulillah selesai juga rangkuman materi pertama kelas siap mendidik dari bengkel diri. Sampai jumpa di resume berikutnya. Semangat bertumbuh menjadi makhluk Allah yang lebih baik lagi. Aamiin allohumma aamiin.

 

Jangan lupa follow IG @intanpertiwi92 ya!